
Jakarta – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BTPN Syariah telah mengangkat Yenny Lim menjadi dewan komisaris efektif per-hari ini, menggantikan Maya Kartika yang resmi mengundurkan diri.
Yenny Lim saat ini menjabat sebagai Deputy Head of Finance di PT Bank BTPN Tbk (BTPN), yang merupakan Bank Induk Perseroan. 21 Tahun berkarir di dunia perbankan, Yenny Lim meniti karirnya sebagai Credit Manager di PT Bank Dagang Nasional Indonesia pada tahun 1991, dengan keahlian khusus di Financial Planning & Credit Managemen di berbagai bank seperti American Express Bank, Ltd. PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Danamon Indonesia dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Direktur Utama Ratih Rachmawaty menyambut gembira dengan bergabungnya Yenny Lim sebagai komisaris BTPN Syariah. “Dengan pengalaman yang sangat kaya di dunia perbankan, kami yakin Ibu Yenny akan memberikan kontribusi optimal bagi perseroan yang terus istiqomah melayani keluarga pra sejahtera produktif di Indonesia, dengan segala tantangannya“ tambah Ratih Rachmawaty.
Dengan bergabungnya Yenny Lim, maka susunan anggota dewan komisaris perseroan menjadi seperti berikut ini ;
1 Komisaris Utama & Komisaris Independen Kemal Azis Stamboel
2 Komisaris Independen Ibu Dewie Pelitawati
3 Komisaris Mahdi Syahbuddin
4 Komisaris Yenny Lim
Namun perubahan komisaris tersebut tidak serta merta diikuti perubahan struktur dalam susunan anggota direksi maupun dewan pengawas syariah perseroan.
Perseroan juga telah mempublikasikan hasil kinerja sampai dengan semester satu tahun 2019 pada bulan Juli lalu, di mana kinerja perseroan menunjukan hasil positif dengan adanya pertumbuhan pembiayaan sebesar 24% (yoy) menjadi Rp 8,54 triliun. Pertumbuhan pembiayaan sejalan kemampuan bank menjaga kualitas kredit yang tercermin pada tingkat rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) sebesar 1,34%. Adapun, total aset BTPN Syariah tumbuh 30% menjadi 13,94 triliun dari 10,73 triliun (year on year). Dana Pihak Ketiga mencapai 8,88 triliun tumbuh 27% dari 7,02 triliun (year on year). Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) berada di posisi 39,4% Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 610 miliar, tumbuh 36% dari Rp 449 miliar (year on year). Bank juga berhasil meningkatkan efisiensi dalam mengoperasikan bisnis dimana beban operasional terhadap pendapatan operasional sebesar 60,4 %, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya 62,9 %.(eno)