Dialog Pengolahan Sampah dengan Bupati Bekasi - saluransatu.com

Dialog Pengolahan Sampah dengan Bupati Bekasi

Beberapa tokoh, swasta dan aktivis lingkungan berdialog dengan Bupati Kabupaten Bekasi Eka Supria Admaja, SH tentang penangan sampah di wilayah Kabupaten Bekasi. Dialog sederhana dilakukan di rumah dinas bupati, 17 November 2019. Mereka yang berdialog dengan bupati antara lain: M. Nuh, Herdiawan Widya FS, Bagong Suyoto, Oli Yusman, dll.
Dialog itu berlangsung cukup singkat, Bupati ingin menyerap masukan yang realistis. Agar segera dapat diimplementasikan di lapamgan.
Berkaitan dengan itu Haji M. Nuh salah satu tokoh masyarakat, yang juga Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi sangat mendukung upaya cepat penanganan sampah tersebut. Sebab ia pun punya perhatian serius terhadap permasalahan sampah dan lingkungan di wilayah tersebut.
“Saya setuju adanya teknologi yang bisa mengolah sampah menjadi bahan yang berguna, seperti batu bata”, ujarnya.
“Apalagi yang bikin putra Bekasi. Kami siap dukung upaya positip ini. Pak Bupati perlu buktinya”, tambahnya.
Bupati meminta agar putra daerah dan yang bermukim di Kabupaten Bekasi ikut berpartisipasi dalam menangani sampah di wilayah ini. Semua bertanggungjawab terhadap sampahnya.
“Saya minta solusi yang konkrit. Teknologi yang dapat mengolah dan mengurangi sampah secara nyata, misal pengolahan sampah yang bisa di tempatkan di pasar atau tempat lain”, kata Bupati.
Bupati tidak mau penjelasan terlalu panjang, pinginnya singkat, padat dan teknologinya dapat diterapkan dengan hasil yang memuaskan.
“Selama ini teknologi yang ada belum bisa mengolah sampah secara baik. Belum dapat mengatasi persoalan sampah. Bahkan persoalan sampah makin tambah”, tegasnya.
Belum lama ini sejumlah media massa meliris keinginan dan rencana Bupati Bekasi untuk membangun pengolahan sampah di beberapa di tingkat sumber. Tujuannya untuk mengurangi sampah dari sumber sehingga tidak hanya mengandalkan TPA Burangkeng.
Herdiawan Widya FS dari swasta, PT. Rekayasa Energi Indonesia (PT. REI) menyatakan, kami telah melakukan riset rekayasa teknologi yang bisa mengolah sampah lama dan baru. Artinya semua sampah bisa diolah dengan teknologi tersebut.
“Teknologi REI bisa mengolah 5 ton setiap jam. Semua tergantung pada kapasitas produksi yang diminta. Kemudian hasil abu dari pengopenan itu dijadikan batu bata, batako, pavin-block”, katanya.
“Teknologi REI murah dan bisa ditempatkan di mana saja. Bisa dirancang untuk skala kecil, menengah dan besar. Teknologi ini buatan anak negeri. Kami didukung Profesor ahli rekayasa teknologi olah sampah, Prof. Arsam Sunaryanto”, tambahnya.
Dalam kesempatan itu Bagong Suyoto Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNAS) mengatakan, eksisting sampah di Kabupaten Bekasi. Tingkat produksi sekitar 2.400 ton/hari. Sampah yang terlayani atau diangkut ke TPA Burangkeng sekitar 800-900 ton/hari. Berarti pelayanan sampah masih rendah, 42-45%. Sementara kondisi TPA sudah overload karena tidak ada pengolahan sampah.
Bagong menegaskan, dampak dari rendahnya pelayanan persampahan tersebut timbullah pembuangan sampah liar atau ilegal. Masyarakat masih senang membuang sampah sembarangan, seperti pekarangan kosong, bekas galian tanah, pinggir jalan, drainase, DAS dan badan air, dll.
“Setidaknya ada 83 titik pembuangan sampah liar, pada 2019 sudah beekurang menjadi 71 titik. Pemkab Bekasi berupaya membersihkan sampah liar tersebut”, tutur Bagong
Bagong yang juga Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI) menambahkan, jangkauan wilayah Kabupaten Bekasi sangat luas, mulai dari Kecamatan Cibarusa hingga Muaragembong. Pada 2017 jumlah penduduknya sekitar 3,5 juta jiwa. Tingkat kepadatan 2.748 jiwa/km2. Tingkat kepadatan tertinggi Kecamatan Tambun, 12.284 jiwa/km2 dan terandah Kecamatan Muaragembong, 240 jiwa/km2. Namun, Muaragembong menangung beban sampah yang dibuang ke DAS dan badan kali, seperti CBL, sampah terbawa aluran air menuju pesisir dan laut Muaragembong.
Sementara itu pertumbuhan penduduk, pembangunan, industri, jasa modern berkembang sangat pesat, ditambah gaya hidup dan pola konsumerisme. Hal ini berimplikasi langsung pada pertambahan sampah dan limbah.
Oleh karena itu Bupati meminta dukungan pelbagai pihak, terutama kalangan legislatif, eksekutif, swasta dan warga untuk menyelesaikan permasalahan sampah tersebut dalam jangka pendek dan menengah. Pengolahan sampah dari sumber dengan teknologi yang murah dan mampu mengurangi sampah secara real.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *