
Oleh: Satria Hadilubis
Sangat disayangkan, banyak orang yang tidak mengenal sahabat besar Nabi ini yang memiliki peran penting dalam perjuangan Islam. Beliau adalah Zaid ibnul Khattab, kakak dari Umar ibnul Khattab.
Zaid bin Khattab ra sosok yg sangat dicintai oleh Umar bin Khatab ra, masuk Islam jauh sebelum Islamnya Umar. Beliau terlibat dalam berbagai kegiatan dakwah dan ikut serta dalam peperangan bersama Rasulullah saw.
Ketika perang Badar terjadi, Umar pernah meminta Zaid agar menggunakan baju besi miliknya. Namun Zaid menolak sambil mengatakan, “Aku ingin mati syahid sebagaimana engkau menginginkannya.” Akhirnya keduanya meninggalkan baju besi yang telah disiapkan.
Setelah Rasulullah saw wafat, Zaid masih terus terlibat dalam berbagai pertempuran bersama kaum muslimin, diantaranya adalah memerangi para murtaddin dalam perang Yamamah. Banyak suka duka yang dialami Zaid bin Khattab sebagai pemegang panji ketika memberantas mereka yang keluar dari Islam.
Sebelum kemenangan yang diraih kaum muslimin atas orang-orang murtad, pasukan kaum muslimin sempat terdesak mundur hampir kalah. Melihat kondisi yang sedemikian carut marut, Zaid bin Khattab maju mengambil alih panji perang dan memimpin sambil mengatakan, “Ar-Rojjal bukanlah lelaki pahlawan” (Rojjal adalah tangan kanan Musailamah).
Dengan suara tinggi Zaid berteriak, “Ya Allah, aku meminta ampun kepada-Mu atas larinya sebagian sahabat-sahabatku. Aku berlepas diri dari klaim yang dilakukan Musailamah Al Kadzab dan istana Yamamah.”
Zaid bin Khattab terus bertempur di bawah panji muslim dan memerangi orang-orang murtad dengan keras dan mendapatkan kesyahidan ketika Abu Maryam Al-Hanafi, pengikut Musailamah membunuhnya.
Setelah perang berakhir dan kemenangan diraih pasukan muslim, sebagian sahabat kembali ke Madinah untuk menyampaikan berita gembira tersebut. Diantara sahabat yang kembali ke Madinah adalah Abdullah bin Umar bin Khattab.
Sesudah kabar gembira itu menyebar seantero Madinah, Umar bin Khatab mendatangi putranya dan bertanya, “Apa yang telah dilakukan pamanmu Zaid di Yamamah?”
“Beliau syahid” jawab Abdullah bersedih.
Umar marah sambil berkata, “Kenapa bukan kamu yang syahid, kenapa bukan kamu? Pamanmu menemui kesyahidan, sedangkan engkau masih hidup? Kenapa kamu masih berani menampakkan wajahmu dihadapanku?”
“Ayah, paman telah meminta kepada Allah agar mendapatkan kesyahidan. Allah mengabulkan permintaannya. Sedangkan aku ikut berjihad bersamanya dan meminta syahid juga, namun Allah belum memberikannya” jawab Abdullah dengan menangis merespon pertanyaan sang ayah yang sangat bersedih terpukul dengan syahidnya Zaid bin Khattab ra, kakak yang dicintainya.
Dengan tersedu Umar bin Khatab ra berkata, “Zaid telah mendahuluiku untuk mendapatkan dua kebaikan; Ia telah masuk Islam sebelumku dan lebih dulu dariku memperoleh kesyahidan.”
Zaid menjadi sosok yang paling terdepan dan pemberani dalam membela Rasulullah saw. Keberanian itu juga tampak dilakukan saat ia memerangi mereka yang murtad, hingga kesyahidan menjemputnya.
Keberkahan untukmu… wahai Zaid ra, sahabat Rasulullah yang terlupakan.
Sumber :
Siyar A’lam An Nubala – Imam Adz Dzahabi
Usdul Ghabah fie Marifatis Shohabah – Ibnu Hajar Al Asqolani