Oleh: Norman Adyaksa. (Koordinator Pusat Gema Bekasi)
Tolak ukur keberhasilan pemerintah, baik itu pusat, propinsi, sampai tingkatan desa sekalipun dalam realitasnya telah sukses melaksanakan asas demokrasi dalam bernegara. Kelas kelasan desa sekalipun saat ini sangat mahir dalam melahirkan kepala desa melalui pilkades di desanya masing-masing.
Hal yang serupapun terjadi di tingkatan II, propinsi sampai tingkatan pusat. Namun sistem kerja yang dimainkan adalah mekanisme partai berbanding terbalik dengan konstelasi desa yang masih sangat sederhana, dimana masyarakatnyalah yang sangat berkontribusi besar dalam suksesi kepemimpinan melalui pilkades.
Belajar dari itu semua, pentinglah kiranya dinamika membangun diterapkan pada ruang lingkup masyarakat.
Masyarakat tidak hanya dijadikan objek politik, dalam hal ini masyarakat mestinya mampu menjadi subjek pelaku dalam mendukung tugas pemerintah menjalankan, mewujudkan keinginan dan menuntaskan permasalahan masyarakat.
Kita ambil contoh sederhana di kabupaten bekasi mengenai menyambut pilkada serentak 2017.Masyarakat tidak boleh terkotak kotak oleh karena beda pandangan, namun harus menjalin silaturahmi di semua lapisan masyarakat baik tua maupun muda bahu membahu menjaga kondusifitas iklim menyambut pilkada guna stabilitas pembangunan di Bekasi.
Dimana langit di pijak, disana langit junjung. Kiranya itu pribahasa atau ungkapan yang mampu mewakili jalinan silaturahmi melalui gerakan masyarakat (gema) bekasi. Soan atau silaturahmi mengunjungi tokoh tua sangat penting dan mutlak harus dilakukan, seperti halnya kedatangan gerakan masyarakat bekasi ke rumah tokoh masyarakat bekasi yang akrab biasa disapa Lurah Kunang dan tokoh lainnya dikabupaten bekasi dalam waktu dekat ini.
Sudah saatnya wacana pilkada menjadi pemahaman baru di masyarakat, bahwasannya tangan masyarakatlah yang menentukan pembangunan bekasi selanjutnya. Untuk itu mutlak dibutuhkan gerakan masyarakat guna keberlanjutan pembangunan di Kabupaten Bekasi kedepan.