Moderat dan Mencerdaskan Masyarakat
Indeks
Opini  

Aksi Damai Universitas Pelita Bangsa Usung "Indonesia Berduka"

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilintasi oleh garis khatulistiwa tengah berduka. Sejatinya, negara bagian Asia Tenggara yang memiliki 17.504 pulau di dalamnya ini merupakan negara yang dikaruniai limpahan sumber daya alam yang luar biasa.
Dahulu, para founding father berkumpul untuk merebut kemerdekaan dari para penjajah. Sudah jelas, para penjajah datang dengan maksud mengambil alih kekayaan yang berada di Tanah Air Ibu Pertiwi.
Namun jerih payah perjuangan mempertahankan kedaulatan bangsa membuahkan hasil gemilang saat 17 Agustus 1945 Indonesia berhasil merdeka dan Bung Karno langsung mengumandangkan proklamasi kemerdekaan di hadapan seluruh rakyat Indonesia. Bung Karno pun pernah berpesan kepada rakyatnya, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”. Kurang lebih seperti itu.
Lalu tak lama muncul kembali pergerakan. Pergerakan yang seharusnya bisa menjadi cikal bakal keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia berubah menjadi upaya mengkhianati bangsa sendiri. Akhirnya Bung Karno dilengserkan. Berganti Soeharto sebagai presiden.
Orde baru kemudian mengambil alih kekuasaan negara kurang lebih hingga 30 tahun. Rakyat sudah tentu berharap banyak akan kesejahteraan hidup. Tapi pada kenyataannya apa yang diterima rakyat selalu berkutat di Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Maka inilah yang akhirnya menggerakan kembali kaum muda untuk berkumpul dan bergerak.
Desakan rakyat pun akhirnya tunai. Soeharto kala itu mengundurkan diri dari jabatannya selaku presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998. Momen kala itu terkenal dengan cikal bakalnya lahirnya Reformasi di negeri ini.
Kini era reformasi sudah berjalan 20 tahun. Faktanya, kemerdekaan sejati hanya sebatas mitos bagi rakyat yang sbelumnya sangat mengelu-elukan. Hingga saat ini tak ada henti-hentinya negara ini menghadapi situasi mengkhawatirkan akibat ketidakpuasan akan kinerja birokrat, aneka konflik hingga rangkaian bencana.
Pergerkan kaum muda pun mulai muncul kembali. Generasi millenial dan generasi Z bersatu turun ke jalan pada 24 September 2019. Bahkan buruh dan berbagai elemen masyarakat ikut turun.
“Reformasi Dikorupsi”. Demikian masalah besar yang disung untuk menuntut pemerintah menuntaskan agenda reformasi yang sesungguhnya. Sayangnya, aksi yang semula berlangsung damai akhirnya diwarnai kericuhan berujung kematian dan hilangnya beberapa orang. Miris dan pastinya menyedihkan.
Belum lagi kita juga tengah menghadapi konflik kemanusiaan yang berada di daerah timur Indonesia tepatnya di Wamena, Papua. Banyak warga menjadi korban kerusuhan. Sementara warga lainnya ikut menanggung kerugian.
Baru-baru ini warga Ambon juga mendapatkan musibah bencana alam yang memakan korban jiwa.
Benar bahwa kelihatannya negeri kita aman, tentram dan damai. Namun jika kita melihat jauh lebih dalam. Sebenarnya, negeri kita sedang tidak baik-baik saja.
Maka dari itu kami mahasiswa/i Universitas Pelita Bangsa menyampaikan rasa berbelasungkawa sebesar-besarnya atas banyaknya korban jiwa atas aksi yang terjadi pada 24 – 30 September yang memakan korban jiwa. Serta turut berduka cita terhadap korban jiwa yang telah gugur dalam perjuangan dan para korban jiwa akibat kerusuhan di Papua serta korban jiwa bencana alam di Ambon. *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *