SALURANSATU.COM – Pontianak – Mahasiswa dari berbagai kampus dan fakultas di Pontianak berkumpul di Taman Digulis dalam sebuah aksi solidaritas untuk Palestina, Sabtu (17/5/2025). Kegiatan ini digelar oleh Universitas Tanjungpura Students for Justice in Palestine (Untan SJP) dalam rangka memperingati 77 tahun Tragedi Nakba yang terjadi pada 15 Mei 1948.
Dengan mengusung tema “Nakba: Tak Akan Dilupakan, Mereka Harus Dikembalikan”, kegiatan ini menjadi bentuk pengingat terhadap awal mula pengusiran besar-besaran warga Palestina dari tanah air mereka, yang hingga kini masih meninggalkan luka mendalam dan krisis kemanusiaan berkepanjangan.
“Kita memperingatinya karena secara resmi PBB pun mengakui hari Nakba sesuai mandat Majelis Umum. Ini adalah awal dari tragedi kemanusiaan yang berlangsung hingga hari ini. Momen ini menjadi titik balik sejarah, di mana jutaan nyawa terusir dan hidup dalam pengungsian. Bahkan yang masih bertahan di Palestina pun terus mendapat serangan,” ujar Shidqey, Koordinator Untan SJP.
Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh mahasiswa dan akademisi, antara lain Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP) Immada Ichsani, Ketua DPD Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kalbar Cesar Marchelo, Presiden Mahasiswa Polnep Syariful Hidayatullah, dan Wakil Presiden Mahasiswa Untan Muhammad Irsan Hidayat.
Dalam pidato pembukaan, Presiden Mahasiswa Polnep Syariful Hidayatullah menyampaikan bahwa aksi ini merupakan bentuk suara nurani mahasiswa. “Kita berkumpul dengan hati nurani dan keresahan yang sama terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina,” ujarnya.
Senada dengan itu, Immada Ichsani menekankan bahwa pembelaan terhadap Palestina juga merupakan amanat konstitusi. “Kita membela Palestina tidak hanya sebagai insan beriman, tapi juga sebagai warga negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan konstitusi Indonesia,” tegasnya.
Cesar Marchelo, Ketua GMNI Kalbar, menyatakan bahwa dukungan terhadap Palestina melampaui batas agama dan ideologi. “Saya Katolik, bukan Muslim. Tapi Paus saya selalu mendukung kemerdekaan Palestina. Mobilnya menjadi fasilitas kesehatan untuk Palestina. Saya berdiri di sini atas nama kemanusiaan, Bung Karno, dan keyakinan saya,” jelasnya.
Ia juga menggarisbawahi bahwa situasi di Palestina bukanlah perang biasa. “Orang Palestina tidak bisa memilih antara merdeka atau mati, mereka dipaksa untuk mati. Ini bukan sekadar konflik, ini pembantaian.”
Acara ini juga diwarnai penampilan budaya oleh Derry Fawwaz dan Ayesha Fadzilla yang membawakan lagu “Gaza Tonight” dan “Leleng” dengan iringan alat musik tradisional Sape. Penampilan ini menggambarkan kesedihan dan kebingungan bangsa Palestina yang terusir dari tanah airnya. Simbol-simbol pengungsian seperti tenda, alat masak, dan perlengkapan tidur juga dihadirkan untuk menggambarkan krisis pangan dan kehilangan tempat tinggal yang dialami rakyat Palestina. (*)









