SALURANSATU.COM – Jakarta, Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) menyampaikan duka yang mendalam atas kematian pejuang kemerdekaan Palestina, Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang wafat di Teheran pada 31 Juli 2024.
Ketua Dewan Pengarah ARI-BP, Prof. Din Syamsudin, juga mengajak umat Islam untuk melaksanakan salat ghaib bersama usai salat Jumat pada 2 Agustus 2024. Umat dari agama lain dapat melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.
Prof Din Syamsuddin menguraikan tiga sikap ARI-BP terhadap wafatnya petinggi Hamas ini. Pertama, diharapkan kejadian ini tidak menimbulkan pertentangan atau permusuhan, khususnya antara Hamas dan Fatah yang merupakan dua faksi besar rakyat Palestina.
“Persatuan, kekompakan, dan kebersamaan mereka adalah prasyarat penting bagi terwujudnya kemerdekaan Palestina,” ujar Din dalam konferensi pers pada 31 Juli 2024 di Kawasan Jatinegara, Jakarta.
“Alhamdulillah, ada upaya mendamaikan mereka dari pemerintah Republik Rakyat Tiongkok yang bukan negara Islam dan dari tokoh nasional, Yusuf Kalla, yang akan melanjutkan tindak lanjut pertemuan Hamas-Fatah oleh Republik Rakyat Tiongkok.”
Kedua, diharapkan tidak ada pertentangan antara negara-negara Arab dan Iran terkait lokasi wafatnya Ismail Haniyeh di Teheran. Zionis Israel berpotensi memanipulasi opini untuk menciptakan perpecahan antara Iran dan negara-negara Arab.
Ketiga, syahidnya pemimpin kemerdekaan seperti Ismail Haniyeh harus menambah semangat kita semua, khususnya umat lintas agama, untuk terus berjuang membela Palestina.
Oleh karena itu, aksi-aksi ARI-BP bersama elemen lainnya akan terus berlanjut. Pada tanggal 3 Agustus yang telah ditetapkan oleh almarhum Ismail Haniyeh sebagai Hari Internasional untuk Gaza, akan kita sambut dengan penuh semangat.
Kami berharap kepada rakyat Indonesia, khususnya yang berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945 yang mengedepankan perdamaian abadi serta menghapus segala bentuk penjajahan, agar tidak ada ekspresi sinisme atau inovatif terhadap perjuangan kami untuk Palestina.
Mari kita ingat bahwa bangsa Palestina adalah negara pertama yang mengakui Kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944, sekitar setahun sebelum proklamasi 17 Agustus 1945 yang akan kita peringati beberapa hari lagi, kata Din.
Perlu dicatat bahwa pada tanggal 6 September 1944, Mufti Palestina Amin Al Husaini, yang berada di pengungsian di Berlin, secara tegas menyatakan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia yang belum diproklamasikan. Berdasarkan hal ini, seharusnya rakyat Indonesia menunjukkan solidaritas kepada Palestina. (Denis)