Moderat dan Mencerdaskan
Indeks
Opini  

Muhammadiyah Selamat

mega career expo

Foto: Antara

Catatan Amin Idris

SALURANSATU.COM – Muhammadiyah layak mendapat ucapan selamat. Karena pelaksanaan Muktamarnya di Surakarta ini berjalan mulus. Nyaris tanpa ketegangan yang destruktif. Luar biasa. Alhamdulillah.

Lalu apa yang bisa dijadikan catatan dari sukses muktamar ini ? Banyak. Pertama pola suksesi yang menggunakan system kolektif kolegial menjadi salah satu kunci pengamanan yang jitu.

Mulanya Muktamirin memilih 105 nama yang terseleksi dari arus bawah. Dari nama-nama ini peserta memilih 39. Kemudian diseleksi lagi menjadi 13 nama. Mereka lah yang akan menduduki posisi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Ke 13 nama yang muncul di Muktamar Muhammadiyah Solo ini adalah nama-nama yang yang makruf, well known alias orang yang tidak menyimpan kecurigaan. Beberapa nama yang sempat dipergunjingkan membawa kepentingan luar tidak muncul. Lega dada.

Nama Buya Anwar Abas memperoleh kepercayaan tertinggi. Kader militant yang berkarir sepenuhnya di Muhammadiyah ini dikenal juga sebagai petinggi MUI. Buya Anwar Abas pernah membuat merah telinga penguasa. Tapi Buya ternyata orang yang dipilih ummat Muhammadiyah. Nama-nama beken lainnya seperti Busyro Muqoddas, Khaedar Nasir, Abdul Mu’thi ada di urutan selanjutnya.

Apakah Buya Anwar yang otomatis menjadi ketua ? Belum tentu. Menjadi ketua harus melewati proses pemilihan lagi. Ketigabelas orang hebat ini akan duduk bermusyawarah. Mereka bincang-bincang ringan saja menyepakati siapa menjadi ketua.

Cara ini terbukti bisa memfilter nama yang remang-remang masuk. Sekali lagi, keselamatan Muktamar Muhammadiyah Solo ini karena system yang dibangunnya rasional, terbuka tapi handal dari intervensi kepentingan.

Bagaimana Mukmatar merespon persoalan-persoalan kontemporer ? Misalnya persoalan pendidikannya yang sudah ratusan ribu, rumah sakitnya yang sudah puluhan ribu, PWM dan PDM nya yang sudah menyebar ke mancanegara. Ini tentu tidak gampang bagi sebuah muktamar untuk menjawabnya. Bagaimana mikiran orang lain, mikirin ini aja udah berat bagi Muhammadiyah. Begitu kata suara di luar.

Apalagi saat menjelang muktamat muncul issu klasik, bagaimana Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan tajdid menjalankan fungsi pembaharuannya ini ? Pembaharu biasanya gesit, lincah, genit, ramping dan berani mengambil risiko. Sementara kini Muhammadiyah sudah gemuk tidak gesit lagi dan harus ekstra hati-hati mengambil sikap.

Karena itu, persoalan tajdid sebagai label Muhammadiyah perlu dirumuskan lebih danta lagi. Muktamar Solo kali ini belum menyentuhnya secara lebih menukik.

Kalau dulu KH Ahmad Dahlan menerapkan fungsi tajdidnya dengan memerangi bid’ah, khurafat dan syirik secara sporadik. Kini fase itu berbeda tentunya. “Tajdid muhammadiyah adalah membenahi menejemen amal usahanya seperti di bidang pendidikan dan kesehatan serta amal usaha lainnya,” begitu kata salah seorang Muktamirin dari Bekasi.

Kalau dulu Muhammadiyah melakukannya sendiri, kini sudah banyak lembaga dan organisasi dakwah yang melakukannya tajdid ubudiyah. Gerakan sudah banyak dilakukan ormas keagamaan lain. Alasan yang paling aman tentunya bahwa amanat tajdid kini ada di Majlis Tarjih yang terus melahirkan fatwa-fatwanya sebagai pijakan.

Memajukan Bangsa Mencerahkan Semesta sebagai thema Muktamar yang menandakan bahwa Muhammadiyah tidak sekadar memikirkan ummatnya. Muhammadiyah memikirkan bangsanya agar maju. Maju pendidikannya, sehat, makmur dan bersatu. Tidak gampang memang di tengah bangsa yang terbelah saat ini. Tapi inilah komitmen Muhammadiyah lima tahun kedepan.

Mencerahkan alam semesta menunjukkan bahwa ada tekad Muhammadiyah terus merambah peloksok dunia. Universitasnya ada di mancanegara. PWM dan PDM nya ada di banyak negara. Ini adalah semangat matahari yang tak lelah menyinari meski sesekali tehalang mendung. Karena mendung bukan berarti hujan. Wallohu a’lam … (*)