Moderat dan Mencerdaskan
Indeks
Opini  

Muhammadiyah dan Begundal Istana

mega career expo

Catatan Amin Idris

SALURANSATU.COM – Muktamar Muhammadiyah akan dibuka besok, 17 November 2022. Muktamar ini pasti diincar para begundal politik dari berbagai faksi, khususnya politikus istana yang berpengalaman ngaduk ngaduk rumah tangga orang.

Beberapa parpol dan ormas sosial keagamaan telah mengalaminya. PPP, Golkar, Demokrat dan berbagai partai lainnya tercatat pernah merasakan. Begitu juga NU saat muktamar di Lampung tak lepas dari isu intervensi kepentingan kekuasaan.

Makanya Prof Dr Dien Syamsuddin sejak dini mengingatkan agar para elit Muhammadiyah yang akan memasuki muktamar bisa menjaga diri dari kemungkinan itu. Sebagai tokoh Muhammadiyah, Dien pantas mengingatkan, karena memang realitas politik saat ini sedang ganas-ganasnya terhadap kekuasaan.

Kalau tidak bisa dengan cara halal, maka cara-cara kotor curang dan haram pun dilakukannya. Yang pernah terjadi pada Partai Demokrat adalah fakta buruk bin keji, seakan mengajarkan praktek politik gelap mata dari barisan istana.

Bisakah Muhammadiyah membebaskan diri dari kemungkinan adanya intervensi itu ? Dari pengalaman 40 kali Muktamar, Muhammadiyah selalu berhasil lolos dari jebakan begundal politik itu.

Tokoh-tokoh Muhammadiyah selalu bermain cantik. Tidak menjadikan Muhammadiyah sebagai kekuatan oposisi penguasa tapi sebaliknya selalu bisa menjaga muru’ah dan harga dirinya dari jebakan menjadi kacung kekuasaan.

Bahkan pada tahun 1993 ketika PP Muhammadiyah dipimpin KH Azhar Basyir, Amien Rais saat itu justeru menjebol tirani kekuasaan orde baru. Saat rakernas Muhammadiyah, justeru Amien Rais berbicara tentang suksesi nasional. Soeharto limbung dan bara yang ditiup Amien Rais terus menjadi kobaran api. Soeharto pun tumbang.

Amien Rais yang menanggung kesalahan itu di mata Orde Baru, bukan Muhammadihah. Kanalisasi politik para elit Muhammadiyah memang canggih. Mereka berhasil menyelamatkan Muhammadiyah sehingga kemarahan Keluarga Cendana dan antek-anteknya tertuju kepada Amien Rais bukan kepada Muhammadiyah.

Dan pada muktamar berikutnya justeru Amien Rais yang terpilih menjadi ketua PP. Cakep.

Lazim di setiap muktamar atau kongres yang paling jadi sorotan adalah figure calon ketuanya. Seiring peringatan Prof Dien agar jangan dibukakan pintu intervensi dari kepentingan luar Muhammadiyah, issu yang juga santer beredar saat ini adalah ajakan untuk menghindari tokoh yang bolak balik ke istana.

Nah , bukankah saat ini beberapa figure yang dinominasikan sebagai bakal calon ketua umum PP adalah tokoh yang “berkantor” di Istana ? Wallohu a’lam. Selamat bermuktamar … (***)