Oleh Satria hadi lubis
ADA teman saya yang punya cita-cita jika nanti ia meninggal jumlah pelayatnya mencapai 10.000 orang. Baginya, jumlah pelayat sebanyak itu adalah salah satu indikator husnul khotimah (akhir yang baik). Meninggal dalam keadaan dicintai orang banyak. Sebab kepergian orang baik akan ditangisi orang banyak, sebaliknya kepergian orang jahat akan membuat lega banyak orang. Sebagaimana diterangkan dalam hadis saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar orang yang menebar kerusakan di muka bumi meninggal :
يستريح منه العباد والبلاد والشجر والدواب
“Orang-orang beriman, negeri, pepohonan, serta binatang-binatang lega dengan kematiannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita perlu dan bisa juga membuat indikator husnul khotimah sesuai dengan persepsi kita masing-masing, asalkan tidak keluar dari syariat.
Kalau saya sendiri mengukur husnul khotimah dengan empat indikator dan ini pernah saya tulis dalam buku yang berjudul “Sukses Jalan Terus (Unstoppable Success)”. Secara singkat indikator tersebut adalah :
- Selalu SEIMBANG dalam hidup.
Seimbang dalam mengembangkan intelektual, spiritual, emosional dan fisik/kesehatan serta seimbang dalam berbagai peran hidup kita. - Selalu ISTIQOMAH.
Tegak lurus di jalan Allah dan tak tergoda dengan berbagai godaan duniawi. - Selalu BERSYUKUR.
Sebab syukur dan iman bagaikan dua sisi mata uang. Dengan bersyukur nikmat bertambah. Dengan kufur musibah bertambah. - Selalu memberikan MANFAAT bagi orang lain. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Manfaat tertinggi adalah ketika seseorang bisa menjadi teladan dalam mendekatkan diri kepada Allah (sebagai da’i), baru setelah itu manfaat lainnya berupa kebaikan yang sifatnya umum.
Insya Allah dengan selalu melakukan EMPAT hal tersebut, seseorang akan meninggal dalam kondisi husnul khotimah. Tidak peduli apakah pelayatnya banyak atau tidak. Mayatnya utuh, wangi dan tersenyum atau tidak, seperti Hamzah bin Abdul Mutholib ra, Ikrimah bin Abu Jahal ra, Abdullah bin Ummu Maktum ra, syahid dalam kondisi tubuhnya hancur tercerai berai di medan perang. Abu Dzar al Ghifari ra meninggal dalam sepi. Hasan al Banna, yang syahid dibunuh penguasa, dimakamkan tanpa dihadiri jutaan pengikutnya. Pemakaman beliau hanya dihadiri keluarganya saja. Sebab ada larangan dari rezim saat itu untuk menghadiri pemakamannya.
Jadi carilah indikator akhir yang baik untuk kematian kita masing-masing, sehingga kita dapat meninggalkan dunia ini dengan tenang tanpa banyak menyesal.
Semoga kita bisa mengakhiri hidup ini dengan talqin syahadat sebagai simbol bahwa kita lahir dan memulai hidup ini dengan syahadat, mengisinya dengan syahadat serta mengakhirnya juga dengan syahadat.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang akhir perkataannya adalah La Ilaha ilallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), maka ia akan masuk surga” (HR. Abu Dawud No. 3116).