Oleh: Satria Hadi Lubis
Salah besar jika ada yang berpendapat Islam menganjurkan kaum muslimin untuk kaya (atau miskin)!
Islam malah meminta kaum muslimin fokus pada usaha mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Kaya atau miskin adalah pemberian Allah. Itu benar-benar rahasia Allah.
Usaha kita hanya fokus pada berbuat baik untuk bahagia. Tidak ada satu pun dalil bahwa orang kaya lebih bahagia atau sebaliknya, orang miskin lebih bahagia daripada orang kaya.
Bahkan sebagian besar nabi –sebagai manusia yang paling bahagia di muka bumi– tenyata ditakdirkan Allah hidup miskin dalam harta. Yang kaya hanya segelintir, seperti Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, dan Nabi Daud as.
Doa-doa yang diajarkan Nabi Muhamad saw juga sebagian besar doa untuk bahagia, bukan untuk kaya atau miskin. Bahkan doa “sapu jagat” yang populer di kalangan kaum muslimin adalah doa untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan (kebahagiaan) di dunia, berikan pula kebaikan (kebahagiaan) di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka” (QS. al-Baqarah : 201).
Jangan terpengaruh dengan ideologi kapitalisme dan materialisme yang memuja kekayaan dan kemewahan, serta menganggap kekayaan sebagai satu-satunya cara bahagia, seperti yang diajarkan para influencer atau motivator bisnis sekuler pemuja kemewahan.
Ini ajaran keliru yang menjauhkan kita dari tujuan hidup sebenarnya, yaitu mencari ridho Allah (baca : bahagia dan selamat).
Umat Islam dahulu jaya dan memimpin dunia karena mereka sibuk mencari ridho Allah. Dan umat Islam sekarang terpuruk karena sebagian besar sibuk memuja harta. Mudah menghalalkan cara agar kaya. “Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (Qs. al-Fajr :20).
Maka fokuslah untuk bahagia dengan cara hidup seimbang, bersyukur, memberi manfaat kepada orang lain, istiqomah dan akhirnya husnul khotimah. Selain itu, menjadi kaya atau miskin adalah urusan Allah semata. Allah SWT lebih tahu mana yang lebih baik untuk kita.
Jangan rusak tujuan hidupmu (yakni bahagia) dengan usaha yang salah (yakni sibuk untuk kaya). Ini seperti mengejar fatamorgana yang berujung pada kehampaan dan kesedihan abadi kelak di akhirat.