Moderat dan Mencerdaskan
Indeks
Hikmah  

Surat Terbuka untuk Para Suami (yang Istrinya Menyebalkan)

ppdb2025

Oleh: Satria Hadi Lubis

Wahai para suami….bersabarlah terhadap perilaku istrimu yang cerewet, yang seringkali engkau menahan sebal dalam hatimu karena kecerewetan dan keluh kesahnya. Tak habis pikir engkau, walau istrimu sudah engkau nasehati berulangkali kali agar hemat kata dan lebih sibuk berbuat kebaikan, tapi ia tetap “istiqomah” dengan kecerewetannya.

Belajarlah dari seorang ulama salaf yang istrinya suka ngomel, membahas apa saja yang kecil dan remeh selama 40 tahun. Lalu setelah istrinya meninggal, seorang sahabatnya bertanya kepada ulama tersebut mengapa engkau tahan punya istri yang cerewet dan suka mengomel. Lalu ulama tersebut menjawab : “Setiap manusia akan diuji. Aku diuji oleh istriku. Semoga kesabaranku menjadi pahala untuk menebus dosa-dosaku di masa lalu.”

Wahai para suami….bersabarlah terhadap istrimu yang suka mengeluh tentang kurangnya uang belanja. Jangan tergoda untuk mencari nafkah yang tidak halal akibat rengekan istrimu tentang materi. Sebaliknya, janganlah pelit memberi nafkah. Berilah sesuai dengan kesanggupanmu, tanpa ditahan-tahan dan tanpa diminta terlebih dahulu.

Didiklah istrimu agar qona’ah dengan harta seperti qona’ahnya Fatimah Az Zahra yang suaminya, Ali bin Abu Tholib ra, miskin namun berbudi lembut dan berwibawa di mata istrinya. Istrimu akan segan denganmu jika engkau menunjukkan akhlaq yang baik, walau engkau berkekurangan harta.

Wahai para suami…bersabarlah terhadap istrimu yang menuduhmu selingkuh. Sedikit-sedikit engkau ditanya dengan nada curiga apakah engkau selingkuh. Mungkin istrimu takut kehilanganmu dan sangat mencintaimu.

Janganlah tergoda untuk membuktikan kecurigaan istrimu dengan malah berselingkuh. Walau mungkin engkau punya alasan lain, yaitu ketidakpuasan seksual dari istri, namun janganlah berselingkuh.

Engkau harus tahu selingkuh itu sangat menyakitkan istri. Istri bisa sakit hati bertahun-tahun walau engkau selingkuhnya 20 tahun yang lalu. Walau engkau sudah taubat dan sudah menjadi marbot mesjid.

Tetaplah setia dan sabar. Engkau hanya diminta menahan nafsu paling lama 40 tahun yang sebanding dengan satu jam saja di sisi Allah (lihat Qs. 22 ayat 47 : satu hari dalam perhitungan Allah sama dengan seribu tahun dalam perhitungan manusia). Tahanlah nafsumu dengan banyak ibadah dan produktif bekerja.

Nanti di surga engkau akan mendapat bidadari yang bisa engkau datangi kapan saja tanpa ada kecemburuan dari istrimu. Kesabaran selalu berbuah manis.

Wahai para suami….bersabarlah jika istrimu tidak mau diduakan. Tidak mau engkau poligami, walau engkau telah menyampaikan beberapa alasan yang syar’i dan ilmiah. Jangan engkau paksakan untuk poligami (ta’adud) jika istrimu jelas-jelas menolak, apalagi sampai istrimu mengancam untuk gugat cerai.

Pikirkanlah anak-anakmu yang akan tumbuh kembang secara abnormal jika engkau dan istrimu selalu bertengkar akibat tindakan nekadmu berpoligami. Apalagi jika engkau bercerai dengan istrimu. Lalu anak-anakmu besar dalam keluarga broken home.

Jangan juga diam-diam melakukan poligami. Sebab itu hanya akan menjadikanmu ahli dusta setiap kali engkau menggilir istrimu yang lain. Takutlah dengan hadits nabi bahwa ahli dusta akan menjadi ahli neraka.

Jika istrimu tak siap dipoligami maka akui sajalah bahwa engkau memang belum mampu mendidik istrimu dalam hal poligami. Atau bisa jadi engkau memang tidak diberi kemampuan oleh Allah swt untuk mendidik istrimu dalam hal tersebut. Mungkin Allah ingin agar takdirmu hanya beristri satu.

Ketahuilah….mampu berpoligami itu bukan hanya ukurannya materi, tapi juga mampu menjelaskan kepada istri sampai istrimu menerima untuk dimadu, walau mungkin belum ikhlas seratus persen.

Di atas itu semua….bersyukurlah wahai suami terhadap berbagai perilaku istrimu yang menyebalkan. Sebab ia adalah anugerah Allah yang wajib engkau pertahankan dan engkau jaga dengan baik. “Jagalah dirimu dan keluargaku dari api neraka…” (Qs. 66 ayat 6).

Kelak jika takdir ajal istrimu lebih cepat daripadamu, niscaya engkau akan kangen dengan kecerewetan istrimu. Mungkin engkau akan menangis menahan rindu terhadap hal-hal kecil yang biasa istrimu lakukan di masa hidupnya pada dirimu dan pada anak-anakmu, yang sekarang ini engkau sebut dengan istilah “ngomel.”

Wahai para suami….jangan mudah engkau menceraikan istrimu. Atau sedikit-sedikit mengancam untuk menceraikan istrimu, setiap kali engkau sakit hati karena bertengkar.

Belajarlah dari Umar bin Khatab ra yang istrinya cerewet dan suka ngomel. Lalu ketika sahabatnya nyinyir bertanya mengapa engkau tidak menceraikan istrimu. Umar ra menjawab, “Bagaimana aku bisa menceraikan istriku yang telah mendidik dan membesarkan anak-anakku. Bukankah ia ibu dari anak-anakku?”

Wahai para suami….jangan juga suka memukul istri (melakukan KDRT) setiap kali engkau marah karena lidah istrimu yang pedas. Memang kebanyakan istri melakukan KDRT terhadap suaminya dengan lidahnya. Namun janganlah engkau membalasnya dengan tanganmu. Bersabarlah dan lembutlah.

Belajarlah dari Nabi Muhammad saw yang tidak pernah memukul istrinya, walau Al Qur’an membolehkannya. Beliau adalah sebaik-baiknya suami terhadap istri-istrinya, sehingga cinta mereka abadi di dunia dan akhirat.

Akhirnya….untuk para suami. Sampaikanlah puisi ini kepada istrimu sebagai tanda syukur dan cintamu kepadanya :

“Terima kasih istriku karena engkau mau menua bersamaku

Aku yang lemah dan banyak khilaf ini
Aku yang egois dan tak sabar untuk memahamimu
Aku yang hanya satu dari seribu manusia yg bisa engkau pilih untuk menjadi suamimu

Terima kasih istriku karena engkau mau menua bersamaku

Engkau yang baik dan pengertian
Engkau yang dalam doa diammu dan dalam teriak sayangmu hanya ingin agar aku bahagia
Engkau yang dalamnya lautanpun tak dapat mengalahkan dalamnya lautan cintamu kepadaku.

Terima kasih istriku karena engkau mau menua bersamaku

Walau sering tidak terucap.
Namun tatapan mata kita.. sentuhan raga kita..
Berkata jujur tentang cinta di antara kita.
Canda dan serius kita dilumuri oleh rasa syukur karena saling sayang di antara kita.
Bahkan benci dan marahan kita pun tak dapat mengalahkan rindu dan kangen kita.

Terima kasih karena engkau mau menua bersamaku.

Bersama tubuh ringkih ini
Bersama wajah yang makin keriput ini
Bersama masa lalu yang penuh suka dan duka
Bersama masa depan yang akan menunggu ajal

Terima kasih istriku…engkau tetap mau di sisiku
Menghabiskan asa yang tersisa
Meniti jalan ke surga
Meninggalkan warisan generasi sholih sholihah

Terima kasih istriku karena engkau mau menua bersamaku.
Semoga Tuhan sang pemilik cinta memberi karunia cinta ini sepanjang masa.