Moderat dan Mencerdaskan
Indeks

Sampah Impor Kian Menakutkan atas Keberlangsungan Lingkungan dan Kesehatan Manusia

ppdb2025

Untung saya masih menyimpan sejumlah foto sampah impor di sebuah desa di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Desa itu dan beberapa desa yang menjadi titik-titik penyebaran pembuangan sampah impor mendadak sangat populer di dunia. Sejumlah media internasional dari Inggris, Amerika, Australia, dll mengungkapkan gambaran eksisting, sebaran, temuan ilmiah dan uji laboratorium dan dampak langsung adanya sampah impor.
Sampah impor menyerbu ke wilayah Jawa Timur, setidaknya 12 pabrik pengimpor sampah yang tersebar di Surabaya, Gersik, Sidoarjo, Mojokerto, Nganjuk, Malang. Semuanya membuang sampah ke perkampungan warga. Setelah dipilah, sisanya mayoritas sampah plastik dibuang ke sembarang tempat, termasuk DAS Kali Brantas, dan sebagian dibakar secara terbuka.
Mereka secara terang-terangan menyatakan, bahwa sampah impor tersebut terbukti bercampur dengan limbah beracun dan berbahaya (B3). Bahkan secara kasat mata bisa dibuktikan di lapangan, kita bisa temukan limbah B3, electronic-waste dan sejenisnya dengan mudah. Kemudian ketika sampah itu dibakar akan menimbulkan dioxin-furan, karena proses panas pembakaran yang tidak sempurna. Dioxin-furan berdasarkan kajian ilmiah penyebab penyakit kanker dan penyakit lainnya.
Laporan CNN (20/11/2019),menurut Christina Winarti dan S. Joni Munarso dalam tulisan ‘Kajian Kontaminasi Dioksin pada Bahan Pangan’, dioksin merupakan zat kimia berbahaya. Dioksin banyak ditemukan pada sampah rumah tangga dan industri yakni bahan plastik (PVC), pestisida, herbisida, pemutih kertas, dan alat medis sekali pakai.
Masih CNN, ada ratusan jenis dioksin, tetapi yang cukup familiar ada tiga jenis yakni chlorinated dibenzo-p-dioxins (CDDs), chlorinated dibenzofurans (CDFs) dan polychlorinated biphenyls (PCBs).
Melansir dari Medical News Today, CDDs dan CDFs dihasilkan dari aktivitas manusia atau karena proses natural. Sedangkan PCBs adalah produk pabrikan. Di Amerika Serikat, PCBs tidak lagi diproduksi.
Dioksin bisa dihasilkan alam secara natural melalui letusan gunung api dan kebakaran hutan. Namun kadar dioksin dapat meningkat drastis akibat aktivitas manusia seperti kebiasaan membakar sampah, produksi serta penggunaan pestisida dan herbisida, daur ulang produk elektronik, dan juga merokok.
Tempo Media (19/11/2019) mengungkapkan, Tingkat racun dioksin di Desa Tropodo, Jawa Timur, Indonesia, adalah yang tertinggi kedua di dunia setelah area medan tempur Perang Vietnam yang terpapar Agen Oranye.
Gila benar… Setiap warga di desa-desa itu membakar sisa-sisa sampah impor yang mayoritas plastik, electronic-waste dan limbah B3. Gila benar.. Warga sekitar mengihirup asap dan udara kotor dari pembakaran sampah impor. Kesehatan dan hidupnya diserahkan demi sampah impor.
Abu hasil bakaran sampah impor itu dimanfaatkan untuk material urugan, bahkan masih dioplos dengan limbah pabrik, seperti limbah batu bara dan bongkaran. Setelah rata dibangun rumah, gudang atau tempat usaha. Gila … bener. Membangun rumah di atas abu bakaran sampah impor dan limbah B3.
Berdasarkan penelitian sebuah NGO di Jawa Timur, Ecoton, bahwa sampah impor telah mencemari perairan, seperti sejumlah sampel yang diteliti oleh lembaga tersebut. Pencemaran air itu berupa mikroplastik. Hasil uji laboratorium merupakan bukti ilmiah yang sangat valid.
Sampah impor pun dimanfaatkan sebagai bahan bakar sejumlah pabrik tahu. Penggunaan bahan bakar sampah impor lebih murah ketimbang kayu bakar. Harga sisa-sisa sampah impor sekitar Rp 250.000-300.000/truk, jauh lebih mahal harga kayu Rp 1.200.000-1.500.000/truk. Bahkan mungkin harga sampah impor untuk bahan bakar lebih murah lagi atau malah gratis.
Saya belum memperoleh data/informasi yang cukup detail mengenai dampak tahu yang diolah dan dimatangkan dengan bahan bakar sampah plastik impor. Gila bener… tahu yang dikonsumsi penduduk hampir tiap hari dimasak dengan sampah plastik impor.
Belakangan dampak sampah impor semakin menghentak dunia. Hasil penelitian ilmiah, bahwa telor ayam pun sudah tercemar dan terkontaminasi sampah impor!! Sejumlah media internasional mempublikasikan hasil penelitian ilmiah itu. Tampaknya dunia telah mengakui kesahihannya. Karena belum ada satu otoritas resmi di dunia ini yang menolaknya. Gila bener… Telor pun terpapar sampah impor, sangat ironis.
Tempo (19/11/2019) menulis, pengujian telur yang dilakukan terhadap ayam di Desa Tropodo, sebuah desa berpenduduk 5.000 orang, menemukan sejumlah besar bahan kimia berbahaya termasuk dioksin, yakni polutan yang diketahui menyebabkan kanker, cacat lahir dan penyakit Parkinson menurut sebuah laporan yang dirilis minggu ini oleh aliansi kelompok lingkungan Indonesia dan internasional.
Selanjutnya, telur dari salah satu ayam Karnawi memiliki tingkat dioksin tertinggi yang pernah dicatat di Asia, menurut laporan gabungan Ecoton dan Nexus3 Foundation, yang berbasis di Indonesia; Arnika, berbasis di Praha; dan International Pollutants Elimination Network atau IPEN, sebuah jaringan global yang bertujuan untuk menghilangkan polutan beracun.
Masih laporan itu, seorang dewasa yang makan hanya satu telur seperti yang diambil dari kandang ayam Karnawi akan melebihi ambang batas keamanan harian Amerika Serikat hampir 25 kali lipat dan standar BPOM Eropa yang lebih ketat sebesar 70 kali lipat.
Apa pun dalihnya, kita harus hati-hati terhadap sampah impor. Bisa saja sampah impor merupakan suatu jenis penjajahan penyebaran kotoran dan penyakit yang terbawa di dalam sampah impor itu. Penyakit dari benua dingin ke wilayah tropis, bisa saja mengalami resisten dan resurgensi, pembiakan yang belum terbayangkan sebelumnya. Kita harus berhati-hati terhadap akumulasi dan dampak pencemaran lingkungan dan ancaman kesehatan masyarakat akibat sampah impor.* 20/11/2019
Bagong Suyoto, Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNAS) dan Dewan Pembina KAWALI Lestari Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *