SALURANSATU.COM – Kabupaten Pangandaran – Aliansi Solidaritas Mahasiswa Pangandaran (SAMPAN), Keluarga Pelajar Mahasiswa Pangandaran Yogyakarta (KPMPY), dan Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan trauma healing terhadap anak-anak korban bencana alam.
Salah seorang relawan mahasiswa dari Institut Pertanian Intan Yogyakarta, Cahyanto Rizki Purnama menyatakan aksi aliansi mahasiswa dengan memberikan trauma healing kepada anak-anak korban bencana di desa Karangmulya dan desa Pasirgeulis merupakan bentuk kepedulian dan kemanusiaan.
Aksi kali ini bukan pertama kali dilakukan. Sebelumnya juga mereka hadir di korban bencana banjir bandang Cicurug, Cidahu dan Parungkuda, kabupaten Sukabumi pada September lalu.
“Awalnya kami diajak oleh mahasiswa Pangandaran yang kuliah di Tasik untuk aktif di kegiatan kebencanaan yakni memberikan trauma healing bersama Palang Merah Indonesia (PMI),” ujarnya.
“Hasil pantauan dan interaksi kami relawan dengan anak-anak korban bencana alam, mereka masih takut berada di alam terbuka, kondisi alam sekarang lagi ekstrem-ekstremnya, oleh karenanya kami mengimbau anak-anak untuk mengurangi waktu bermainnya di alam dan kami mencoba mengedukasi anak-anak untuk tidak takut lagi dan merasa enjoy di alam terbuka,” jelasnya kepada saluransatu.com, Rabu, (4/11/2020)
Trauma healing yang dilakukan oleh relawan diharapkan mampu membantu mengurangi ketakutan anak-anak serta membangun kembali mentalnya.
Sementara itu, respons masyarakat dan keluarga terdampak bencana longsor sangat baik terhadap kegiatan trauma healing yang dilakukan komunitas berkolaborasi dengan PMI setempat.
Lebih lanjut Cahyanto Rizki mengatakan saat ini ia bersama relawan lainnya masih melakukan observasi dampak kerusakan yang dihasilkan akibat tanah longsor.
“Jika masih ada kekurangan atau hal lain beberapa hari ke depan kita dari mahasiswa Jogja bersama aliansi mahasiswa Pangandaran akan kembali lagi ke lokasi bencana,” imbuhnya.
Kami juga berharap kepada para mahasiswa untuk lebih aktif lagi sosialisasi dan juga turun aksi ke tempat di wilayah wilayah terjadi bencana alam,” Kita itu butuh mahasiswa yang punya aksi dari pada berfikir tapi tidak aksi-aksi,” pungkasnya. (denis)