Oleh: Satria Hadi Lubis
Ini kisah tentang penyebab Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengalami pingsan. Sebagai sosok ulama besar pada jamannya, sosok Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dikenal sangat kharismatik. Wibawanya luar biasa, semua ulama mengakuinya. Gelarnya adalah Sulthonul Auliya, rajanya para wali. Karomahnya sangat banyak, sangat membekas di kalangan para santrinya, bahkan sampai sekarang masih terus dikenang di semua penduduk muslim dunia.
Kisah ini terjadi ketika Syekh Abdul Qadir Al-Jailani didatangi oleh seorang wanita yang mengadukan masalahnya.
“Aku heran pada suamiku, padahal aku ini adalah wanita yang memiliki paras yang sangat cantik. Tapi kenapa suamiku masih melirik wanita lain? kalau Anda tidak percaya, akan aku buka hijab wajahku!”
Wanita itu mengadukan nasibnya yang sangat tragis. Takdir kecantikan yang dimilikinya ternyata bukanlah kepastian takdir bahagia, karena sang suami ternyata malah menduakannya.
Datang kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani untuk mendapatkan solusi terbaik dalam hidupnya dan wanita berparas cantik itu sangat yakin dengan tujuannya menghadap Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Tapi apa yang terjadi?
Ketika wanita berparas cantik itu menyelesaikan aduannya, seketika itu juga Syekh Abdul Qadir Al-Jailani jatuh pingsan.
Wanita cantik itu dan para santri menjadi terkejut, kaget dengan apa yang terjadi pada diri beliau.
Tidak lama kemudian, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sadar dari pingsannya.
“Ya Syekh, kenapa Anda tiba-tiba pingsan?” tanya seorang santri kepada guru tercintanya.
“Aku kaget dengan pernyataan wanita yang datang kepadaku. Dia berkata, aku adalah wanita yang cantik tapi kenapa suamiku masih melirik wanita lain. Seketika itu aku tersadar, kalau wanita cantik saja tidak mau diduakan, apalagi dengan Allah Dzat Yang Maha Indah dari segalanya.”
Para santri takjub dengan jawaban Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Betapa dalamnya pemaknaan beliau terhadap mahabbatullah. Semua yang terjadi selalu dimaknai Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sebagai momen untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
Lalu bagaimana dengan kita yang mungkin jauh lebih banyak lagi dalam menduakan Allah jika dibandingkan dengan Syeikh Abdul Qodir Jailani yang sampai pingsan karena takut menduakan Allah?
Mungkin tiap hari kita mencintai selain Allah (harta, tahta, wanita/pria, populeritas, dan berbagai kesenangan dunia) sama, bahkan lebih besar, daripada kita mencintai Allah SWT.
Dapatkah dibayangkan betapa besar kecemburuan Allah karena kita menduakan-Nya dengan segala makhluknya??
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)” (Qs. 2 ayat 165).