Oleh : Cahyadi Takariawan
Adakah pengaruh kebahagiaan dalam pernikahan, dengan perkembangan anak-anak? Ternyata sangat besar dan cenderung linear.
Kondisi kehidupan pernikahan orangtua, akan menjadi inspirasi bagi semua anak-anak. Mereka akan menjadikan orangtua sebagai model dalam membentuk kebahagiaan dan kesedihan. Anak-anak sangat banyak belajar dan tanpa sadar melakukan imitasi atas apa yang terjadi pada kedua orangtua mereka.
Elizabeth Hurlock (1990) menyatakan bahwa anak yang tumbuh dari hubungan perkawinan bahagia akan mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup.
Makin sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit pula masalah yang dihadapi anak, dan sebaliknya. Pernyataan Hurlock ini semakin menguatkan pemahaman, bahwa kondisi kehidupan pernikahan orangtua, akan membentuk kepribadian anak-anak.
Menurut Hurlock, suasana keluarga yang buruk, membuat anak tidak betah tinggal di rumah, karena suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar satu dengan lainnya.
Anak akan cenderung lari dari rumah, karena tidak mendapatkan kedamaian dan kasih sayang. Dalam kondisi keluarga yang dipenuhi konflik, anak-anak mengapresiasi rumah sebagai tempat yang tempat yang tidak menyenangkan. Oleh karena itulah mereka tidak betah tinggal di rumah.
Dari teori Hurlock di atas, paling tidak ada dua kunci mendasar untuk menciptakan anak-anak yang tangguh.
Kunci Pertama : Menciptakan Kebahagiaan Perkawinan
Hendaknya pasangan suami istri menyadari sepenuhnya, bahwa kondisi kehidupan pernikahan mereka, akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi kehidupan anak-anak mereka.
Jika menghendaki anak-anak yang tangguh dan berprestasi, maka harus menciptakan kehidupan pernikahan yang bahagia. Suami dan istri berinteraksi secara positif, mampu mengekspresikan cinta dan kasih sayang secara tepat, serta mampu mengelola konflik secara dewasa.
Kebahagiaan yang paling mendasar adalah spiritualitas. Hendaknya meyakini bahwa tak ada kebahagiaan dalam kemaksiatan dan pelanggaran terhadap aturan Allah. Bahagia itu adalah ketaatan kepada Allah dan RasulNya.
Maka menciptakan kebahagiaan, dimulai dengan menguatkan ketaatan terhadap Allah dan Rasul. Niat yang ikhlas, motivasi yang tulus, telah menjadi kunci pembuka kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan.
Kunci Kedua : Menciptakan Kenyamanan dalam Keluarga
Setelah menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan, yang harus dilakukan oleh orangtua adalah menciptakan suasana kenyamanan dalam interaksi antar anggota keluarga.
Salah satu kata kunci dalam membangun kenyamanan adalah : dekat. Kedekatan orangtua dengan anak akan menghasilkan kenyamanan pada anak-anak. Mereka merasa diterima dan dihargai, sehingga potensi kebaikan mereka akan tumbuh secara optimal.
Ternyata pribadi salih dan salihah saja tidak cukup. Yang diperlukan adalah, mentransformasikan kesalihan dan kesalihahan tersebut dengan kedekatan kepada anak.
Orangtua yang dekat dengan anak, membuat anak percaya bahwa dirinya diterima dan dihargai. Anak-anak akan cenderung bahagia, dan memiliki sedikit masalah dalam kehidupannya.
Sebaliknya, orangtua yang jauh secara emosional dari anak, membuat anak merasa tidak diterima dan tidak dihargai. Mereka akan cenderung tidak bahagia dan memiliki banyak masalah dalam kehidupannya.
Bahan Bacaan :
Elizabeth T. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Penerbit Erlangga, 1990