Moderat dan Mencerdaskan Masyarakat
Indeks
Hikmah  

Ojek Religius

OJEK RELIGIUS

pilkada

Oleh: Satria hadi lubis

Kemaren naik ojek, ketemu dengan tukang ojek yang religius. Ketika saya tanya, “Tujuannya jauh loh.. pak”. Saya tanya begitu karena tukang ojeknya sudah cukup berumur. Eh…malah beliau menjawab, “Sejauh-jauhnya tujuan kan masih di bumi pak”, sambil senyum. “Orang kerja aja mau ditempati di Papua…apalagi cuman ngojek,” tambahnya sambil tetap tersenyum.

“Saya bukan berdakwah loh pak!” Katanya lagi. Mungkin karena ngeliat jenggot tipis saya kali hehe…Tapi ternyata bapak ini sepanjang perjalanan seperti sudah biasa ngajak ngobrol penumpangnya dengan menyisipkan nilai-nilai dakwah.

Beliau cerita bahwa walau nggak punya uang banyak, tapi tetap berusaha sedekah setiap harinya. Ia juga mengajarkan anaknya kalau punya hajat apa pun sedekah dulu, walau hanya 2 ribu perak.

Beliau juga selalu berusaha zikir sambil ngojek. Semoga dengan zikir terhindar dari kecelakaan, kata beliau.

Di jalan juga beliau sopan dan mendahulukan kendaraan lain. Beliau berprinsip kalau kita begajulan di jalan, maka orang lain akan marah dan mendoakan yang buruk kepada kita. Oleh sebab itu sebaiknya mengalah dan sopan di jalan, sehingga malah kita didoakan oleh orang lain untuk selamat.

Jadi prinsip beliau adalah doa dari orang lain itu penting untuk hidup seorang muslim.

Hebatnya beliau itu ngojek tanpa pakai GPS. Jadi percaya dengan penumpangnya dan selalu minta tolong penumpangnya untuk menunjukkan arah. Mungkin saking tawakalnya kali ya…hehe.

Jarang-jarang saya dapat tukang ojek model gini. Santun, ramah, religius dan tawakal.

Ketika azan berkumandang, dengan sopan ia minta izin kepada saya untuk sholat maghrib berjamaah di mesjid.

Lengkaplah sudah pelajaran hari itu.

Semoga tetap tawakal ya pak…tetap semangat untuk terus mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan yang sederhana tapi penting dalam keberhasilan hablum minannas wa hablum minallah.

“Hiduplah dengan sederhana, tapi matilah dengan kekayaan (hati)”.