Oleh Satria hadi lubis
Kita berhutang budi kepada para MUSLIHUN.
Disebabkan merekalah, Allah menyelamatkan kita beserta seluruh masyarakat dari kebinasaan.
Bukankah Allah berfirman :
“Dan Tuhanmu sekali-kali TIDAK AKAN MEMBINASAKAN negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya muslihun (orang-orang yang mengadakan perbaikan)” (Qs. Hud ayat 117).
MUSLIHUN berbeda dengan orang yang SHOLIH. Orang sholih berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri, sedangkan MUSLIHUN berbuat kebaikan untuk dirinya dan juga orang lain.
MUSLIHUN mengajak orang lain untuk berbuat kesholihan dan mengingatkan orang lain agar tidak terjatuh dalam kemaksiatan. Mereka melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Berdakwah dan menjadi da’i (penyeru kebaikan).
Jadi kita BERHUTANG BUDI kepada para muslihun disebabkan hadirnya mereka menjadi alasan bagi Allah untuk tidak membinasakan kita semua.
Para MUSLIHUN semestinya perlu dihargai dan dihormati. Bukannya malah dikekang, ditangkapi dan difitnah. Di-framing dengan berbagai rekayasa informasi agar citra mereka makin buruk dan dikucilkan oleh masyarakat.
Sesungguhnya kita berhutang budi kepada para MUSLIHUN. Sebab tanpa mereka, mungkin sudah lama Allah membinasakan kita (seluruh masyarakat).
“Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” (Qs. al-Anfal ayat 25).