SALURANSATU.COM – SUKABUMI – Kepala Seksi Sub Koordinator Pengamatan Penyakit Hewan Kabupaten Sukabumi, drh. Risti Ramadhianti membenarkan terkait adanya informasi hewan ternak yang terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi di kampung Legokbandung, desa Cijangkar, kecamatan Nyalindung, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
“Iya kemarin saya di Jampang tengah dan kita sudah berkoordinasi dengan UPTD-nya. Dan kemarin sudah kita tindaklanjuti. Kita juga sudah obati sekaligus KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai PMK ini karena ini adalah virus dan penyebarannya juga cepat dan kita usahakan agar tidak menyebar ke lokasi lainnya,” ujarnya kepada sukabumimedia.com lewat selulernya, Selasa (7/6/2022).
Menurut drh. Risti penyebaran virus tersebut bisa melalui udara hingga mencapai radius 10 km. Namun pemkab Sukabumi akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pencegahan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virusnya.
“Ya sebetulnya yang di Cijangkar itu kasus pertama di Nyalindung, Cuma untuk daerah lain sudah ada beberapa. Kalau yang sudah kena, kita lakukan pengobatan, disinfeksi kandang, sosialisasi dan pengawasan lalu lintas. Si ternak jangan keluar dulu selama gejala klinis masih muncul,” jelasnya.
Dilaporkan ada 17 ekor hewan ternak yang terpapar virus PMK namun seluruhnya sudah diobati oleh tim UPTD.
Pemkab Sukabumi juga menjelaskan bahwa diduga masuknya virus PMK tersebut berasal dari tengkulak yang sapinya berasal dari Jawa.
“Menurut riwayatnya kita kena dari luar. Ada yang datang dari tengkulak mana. Setelah itu baru muncul gejala. Katanya ada sapi dari Jawa. Cuma gak tau Jawa mana,” katanya.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat khususnya tengkulak jika memasukkan sapi dari luar Sukabumi apalagi dari daerah terdampak agar dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan rekomendasi pemasukan dari dinas.
“Ribet, tapi itu usaha kita menjaga perbatasan. Karena itu jaminan ada SKKH ternak yang kita masukan. Masa inkubasi virus 2 Minggu. Misalnya dari daerah asal sehat, sampe di kita sakit. Lebih baik pastikan saja beli dari daerah yang tidak ada virus,” sambungnya.
Selain itu, sulitnya mengendalikan penyebaran karena penyakit menyebar melalui udara,serta dapat dibawa oleh petugasnya/peternak. Oleh karenanya, diminta petugas/peternak jangan dahulu menyatukan hewan ternak dan pastikan pindah kandang dan sehat.
“Petugas juga bisa berpotensi menyebarkan penyakit. Kita bawa penyakit ke kandang lain. Kita usahakan satu petugas satu kandang satu hari dengan perlengkapan APD,” pungkasnya. (Denis)