Oleh: Satria hadi lubis
Islam adalah agama yang mengajarkan cinta kasih, tapi juga mengajarkan kebencian.
Coba perhatikan hadits berikut :
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فيه وَجَدَ حَلَاوَة الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ الله ورسوله أَحَبَّ إليه مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّه إِلَّا لله ، وَمَنْ كَانَ يَكْرَه أَنْ يَرْجِعَ في الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَه الله منه ، كَمَا يَكْرَه أَنْ يُلْقَى في النَّارِ
“Ada tiga perkara, barangsiapa ketiganya ada pada dirinya ia pasti mendapati manisnya iman: (1) barangsiapa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya; (2) barangsiapa mencintai seseorang, ia mencintainya hanya karena Allah; (3) barangsiapa benci kembali kepada kekafiran setelah Allah mengentasnya darinya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api (neraka)” (HR. Bukhari-Muslim).
Cinta yang sejati menuntut penyesuaian diri dengan yang dicintainya dalam segala hal yang dicintai dan dibencinya, dalam siapa yang di-loyali dan dimusuhi. Sudah maklum bahwa barangsiapa yang mencintai Allah ia harus membenci kekafiran dan mencintai apa yang dicintai-Nya.
Namun kebencian tersebut tidak boleh mengalahkan sikap adil, karena adil lebih dekat kepada taqwa.
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs: Al-Maidah ayat 8).
Terkait dengan kewajiban mencintai dan membenci ini, manusia diklasifikasi menjadi tiga:
1. Mereka yang wajib dicintai total
Mereka adalah para rasul dan orang-orang yang beriman dengan iman yang murni. Termasuk juga as-Salafush Shalih dan ahlussunnah wal jamaah karena kemurnian akidah mereka dan kebenaran yang mereka pegang. Juga karena mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
2. Mereka yang wajib dibenci total
Mereka adalah para musuh Allah. Orang-orang yang membenci Islam dan ingin menghancurkan ajaran Islam.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang”(Qs. Al-Mumtahanah ayat 1)
“Kamu TAK AKAN MENDAPATI kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” (Qs. al-Mujadalah ayat 22)
3. Mereka yang di satu sisi wajib dicintai namun di sisi yang lain harus dibenci
Mereka adalah orang-orang yang bermaksiat kepada Allah. Cinta dan benci ditujukan kepada mereka secara proporsional sebatas kebaikan dan kejahatan yang ada dalam diri mereka.
“Apabila ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai mereka kembali pada perintah Allah” (Qs. Al-Hujurat ayat 9)
Jadi, Islam mengajarkan cinta dan benci. Islam juga mengajarkan perang dan damai. Islam mengajarkan kelembutan dan kekerasan.
Seorang muslim harus mengambil keduanya. Tidak boleh mengambil yang lembut (cinta), tapi menolak yang keras (benci), atau sebaliknya.
Itulah sebabnya ada surga dan neraka. Surga bukti cinta kasih Allah. Neraka bukti kekerasan dan kebencian Allah terhadap mereka yang melanggar aturan-Nya.
Ada banyak sekali ayat dan hadits yang secara jelas memerintahkan kita—sebagai seorang hamba Allah—untuk cinta dan benci. Ada ayat-ayat cinta, ada ayat-ayat benci. Semuanya datang dari Allah. Allah lebih tahu mengapa kita harus mencintai dan membenci sesuatu.
Oleh sebab itu, jangan terpengaruh dengan mereka yang hanya mengajarkan ayat-ayat cinta saja atau sebaliknya hanya mengajarkan ayat-ayat benci saja. Kedua ajaran tersebut harus diterima secara proporsional dan tepat sesuai dengan aturan Allah SWT.
“Cintailah kekasihmu dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika. Dan bencilah orang yang engkau benci dengan sederhana, boleh jadi engkau akan mengasihinya pada suatu ketika” (HR. At-Turmuzi).