SALURANSATU.COM – Tasikmalaya, Relawan Kemanusiaan Teladanku Bekasi bersama Yayasan Al Ghifari Firdaus, Tanjung Priok dan Dapoer Jupiter, Cinere menyambangi ratusan anak yatim dan orang tua jompo binaan Yayasan Bina Insan Tasikmalaya, Jum’at, (19/2/2021)
Program Dermawan Berbagi Makan (Dermakan) yang digagas relawan Teladanku kali ini menuju Tasikmalaya setelah sebelumnya sukses melakukan makan bersama 46 anak yatim korban bencana banjir dan longsor di daerah Cibuntu, Sukabumi di rumah makan Labbaik Chicken Cicurug, Sukabumi.
Relawan Teladanku mencoba mendengarkan keluhan anak-anak yatim di Tasikmalaya, mereka kesulitan mendapat perlengkapan belajar saat pembelajaran jarak jauh (daring). Kuota internet dan gawai dengan spesifikasi seadanya dan juga buku buku pelajaran masih menjadi persoalan bagi ratusan yatim dhuafa di Yayasan Bina Insan Tasikmalaya yang berdiri sejak 2 tahun yang lalu.
Pimpinan YBI Tasikmalaya ustadzah Hj. Eti Nurhayati menyatakan program Jumat Berkah yang rutin dilakukan setiap hari Jumat juga perlu perhatian para donatur karena ia harus memberikan ratusan yatim dan jompo yang menjadi tanggungjawabnya setiap pekan.
Eti juga menambahkan kapasitas ruangan bagi binaan anak anak yatim dhuafa kini sudah tidak lagi layak, mereka berdesak-desakan dan sesak saat mengaji di ruang depan rumahnya. Ia meminta agar ada donatur yang mau membebaskan tanah sawah dibelakang rumahnya untuk di bangun pondok yatim karena setiap tahun yatim pasti bertambah jumlahnya.
Sebidang tanah ukuran 6×14 meter yang berada di pinggir jalan utama Cipanas – Galunggung diharapkan bisa dibangun untuk menampung ratusan anak yatim binaan. Oleh itu YBI Tasikmalaya berkolaborasi dengan Relawan Teladanku untuk bisa menjembatani dengan para donatur demi menjawab keinginan anak anak yatim untuk bisa belajar lebih layak.
Sementara itu, Relawan Teladanku, Denis mengatakan ia bersama tim lainnya akan mencoba berusaha semaksimal mungkin untuk mencarikan donatur agar bisa mewujudkan impian YBI Tasikmalaya memiliki Pondok Yatim dengan kapasitas tempat yang memadai.
“Kami akan mencoba menjembatani keinginan YBI Tasikmalaya untuk membangun pondok yatim agar lebih representatif. Dan kami melihat langsung kondisi anak-anak yatim disini saat belajar penuh sesak dan sangat tidak representatif, untuk itu perlu ada pengembangan ke depannya,” pungkasnya. (*)