Moderat dan Mencerdaskan
Indeks

Seminar Edukasi Perempuan Tangkal Bully dengan Humor

ppdb2025

SALURANSATU.COM – Jakarta, 25 Juni 2022 – Kasus kekerasan yang menimpa perempuan di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Selama tahun 2021, kekerasan terhadap perempuan mengalami peningkatan dua kali lipat, apabila dibandingkan dengan tahun 2020. Tercatat 4.500 kasus yang dilaporkan kepada Komnas Perempuan. Isu kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terbatas pada tindak kekerasan fisik saja, tetapi juga berupa kekerasan verbal.

Menanggapi hal ini, LSPR melalui LP3M (Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat) bekerja sama dengan mitra Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat untuk mengedukasi para perempuan untuk menghadapi bully melalui seminar edukasi berjudul “Perempuan: Tangkal Bully dengan Humor” pada tanggal 25 Juni 2022 pukul 10.00 – 12.00 secara virtual. Peserta yang hadir secara virtual 100% adalah perempuan yang berdomisili di berbagai daerah di Indonesia, seperti: Jabodetabek, Malang, Yogya, Bandar Lampung, Medan, Mojokerto, Sidoarjo, Bali dan Tanjung Balai. Termasuk dari Luar Negeri, yaitu Auckland dan Kairo.

Seiring dengan perkembangan teknologi internet, kekerasan verbal juga terjadi di dunia maya. Keberadaan media sosial makin memperkuat sosok perempuan yang dibingkai dalam pemberitaan yang memperburuk citra wanita di tengah masyarakat. Realita bahwa perempuan Indonesia hidup di masyarakat yang kental dengan budaya patriarki, sehingga menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua, tidak kompeten untuk bisa berpikir, hingga pemberitaan media seputar kasus kekerasan yang menggunakan pilihan diksi yang tidak berpihak dan menyudutkan korban.

Identifikasi permasalahan terkait kekerasan pada perempuan, yang dibagi menjadi 3 hal, yaitu: 1) Kurangnya kesadaran akan bentuk-bentuk kekerasan verbal dan teks terhadap perempuan; 2) Kurangnya edukasi mengenai humor dan komedi bagi pemberdayaan perempuan; 3) Kurangnya wadah yang aman dan nyaman untuk menyuarakan aspirasi anti kekerasan terutama verbal dan teks.

Hadir sebagai narasumber yang semuanya perempuan, Dosen LSPR terdiri dari Novrita Widiyastuti, Grace Wattimena dan Emilya Setyaningtyas. Dalam pemaparan, Grace Wattimena menjelaskan bullying verbal menggunakan kata – kata dan lisan, seperti mengancam, mempermalukan, sarkasme, merendahkan, mencela, memberikan panggilan nama dan mengintimidasi. Pelaku tindakan bullying juga terjadi dari lingkungan terdekat hingga di media sosial. Tindakan bullying verbal bersifat irreversible, sekali terucap maka tidak bisa ditarik kembali. Bullying memiliki dampak yang dirasakan oleh korban seperti kecemasan, insomnia, stres, depresi, menyendiri, hilang kepercayaan diri, rentan sakit, mengkonsumsi alkohol dan narkoba.

Melalui seminar ini, pembicara mengajak untuk merespon bully dengan interaksi. Interaksi ini sebagai respons nyata untuk menunjukkan kekuatan diri. Interaksi dapat dilakukan dengan humor, sebagai suatu sarana interaksi antara penutur dan lawan tutur. Humor bukan hanya sekedar mengundang tawa orang lain, tetapi juga bentuk komunikasi untuk pertahanan diri. Novrita Widiyastuti menjelaskan bagaimana cara menangkal bully dengan humor. Korban bully dapat mencari cara untuk menemukan hal yang lucu, dengan cara membaca sekeliling dan situasi, mendapatkan referensi melalui menonton dan observasi, serta perlu memiliki toples lelucon, sebagai bahan lelucon yang dapat digunakan. Unsur humor menjadi penting dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan, sekaligus antisipasi dampak gangguan psikis akibat kekerasan. Pengalaman banyak orang mengenai humor bisa mendukung kesehatan mental yang baik, karena humor diyakini dapat melepaskan seseorang dari tekanan depresi dan keadaan mental yang buruk.

Dalam kasus bullying, kalau korban merasa diserang, humor bisa berfungsi menjadi pertahanan, dengan menerapkan metode de-escalate dan self-enhancing. De-escalate, situasi terjadi konflik dan bully, dimana situasi memanas, maka bisa menggunakan humor dengan jenis jokes bapak-bapak. Humor disini berperan untuk menurunkan kadar tingkat tensi situasi. Sedangkan self-enhancing digunakan untuk bertahan tetapi menggunakan pesona diri sebagai bahan humor. Novrita menambahkan, gaya humor terdiri dari empat, affiliative, menggunakan lelucon atau candaan untuk memperkuat ikatan interpersonal (tidak ada yang jadi korban), aggressive dengan menggunakan sarkasme dengan menjatuhkan orang lain yang memang bertujuan untuk menyakiti dan memanipulasi. Self-enhancing menggunakan humor untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kelucuan hidup. Self-defeating menyenangkan orang lain dengan mengolok dirinya secara berlebihan. Seminar ditutup dengan studi kasus terkait kasus bully yang pernah terjadi di kalangan peserta yang dipandu oleh Emilya. Sesi dibuat secara interaktif, sehingga mengundang keterlibatan peserta untuk turut menjawab.

(*)