SALURANSATU.COM – Indonesia, sebuah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk berbagai jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi, tengah berjuang menghadapi tantangan serius dalam menjaga kelangsungan sektor pertanian. Hampir separuh penduduk Indonesia, atau lebih tepatnya 45%, bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber utama penghidupan. Kabar baiknya, upaya mengatasi tantangan ini tak lagi menjadi tanggung jawab hanya satu lembaga pendidikan, melainkan dua institusi pendidikan tinggi, yakni Universitas Mercu Buana (UMB) dan INTI International University dari Malaysia, yang bekerja bersama dalam webinar internasional yang memiliki dua fokus utama: mengatasi masalah hama tanaman dan mendorong inovasi melalui pelatihan pemrograman Phyton.
Dr. Yaya Sudarya Triana, M.Kom., Ph.D berbagi pemahaman mendalam mengenai dampak dan cara menghadapi ancaman serius dari serangan hama tanaman, terutama lalat buah. “Indonesia memang memiliki potensi pertanian yang sangat besar, dengan beragam jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi. Namun, perlu diakui bahwa ancaman hama tanaman, khususnya lalat buah, dapat memiliki efek yang merugikan dalam rantai pasokan pangan kita,” paparnya.
Lalat buah memiliki kemampuan menyerang berbagai jenis buah-buahan dan sayuran, termasuk cabai, jambu, belimbing, mangga, nangka, rambutan, melon, semangka, jeruk, pisang susu, pepaya, pisang raja sere, srikaya, klengkeng, sukun, sawo, tomat, ketimun, pare, dan labu, hanya beberapa di antaranya.
Lalat buah, seperti yang diuraikan oleh Dr. Yaya Sudarya Triana, merupakan salah satu hama utama dalam sektor hortikultura, yang berpotensi mengakibatkan kerugian yang signifikan. Serangan ini dapat mengubah daging buah-buahan menjadi busuk karena adanya larva atau belatung yang hidup di dalamnya. Kerugian tidak hanya terbatas pada kuantitas hasil panen yang menurun, tetapi juga mencakup aspek kualitas. Dalam banyak kasus, buah yang terinfeksi serangan lalat buah tidak bisa dijual dan dikonsumsi. Kualitas hasil panen yang buruk ini pun dapat berdampak pada hilangnya peluang ekspor produk-produk hortikultura, merugikan para petani dan perekonomian negara.
Untuk mengatasi tantangan ini, Dr. Yaya Sudarya Triana menegaskan bahwa langkah-langkah pencegahan menjadi sangat penting. Salah satu langkah utama adalah melalui sanitasi lahan, yang bertujuan untuk memutuskan daur hidup lalat buah dan mengendalikan penyebarannya. “Sanitasi lahan dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang jatuh atau busuk, lalu dimusnahkan melalui pembakaran atau penguburan di dalam tanah. Selain itu, penggunaan alat perangkap yang efektif juga dapat membantu mengurangi populasi lalat buah, dan akhirnya mengurangi dampak negatifnya pada hasil panen,” jelasnya.
Tak hanya dalam sektor pertanian, kolaborasi antara UMB dan INTI International University juga memberikan manfaat dalam bidang teknologi. Dr. Deshinta Arrova Dewi, seorang ahli di bidang pemrograman dari INTI International University, terlibat aktif dalam memberikan pelatihan pemrograman Python kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer UMB. “Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan kepada para mahasiswa, sehingga mereka dapat merancang produk-produk baru yang lebih canggih dan inovatif,” ungkapnya. Dengan pemahaman mendalam mengenai pemrograman, para mahasiswa memiliki peluang untuk menciptakan solusi-solusi kreatif yang dapat memberikan kontribusi nyata pada berbagai bidang.
Dr. Yaya Sudarya Triana menjelaskan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk menjembatani kolaborasi antara lembaga pendidikan dan berbagi pengetahuan antarbidang. Selain itu, ia berharap acara ini dapat menginspirasi para mahasiswa untuk berinovasi dan menciptakan solusi yang bermanfaat. “Para mahasiswa adalah generasi masa depan, dan kami percaya bahwa dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh, mereka dapat menjadi agen perubahan yang memberikan dampak positif pada perkembangan teknologi dan pertanian di masa yang akan datang,” tambahnya.
Melalui sinergi antara UMB dan INTI International University, yang diadakan pada tanggal 14 Juni 2023 ini, diharapkan dapat menghadapi tantangan serius dalam menjaga kelangsungan pertanian, sambil juga memberikan para mahasiswa alat yang diperlukan untuk meraih sukses dalam dunia teknologi yang terus berkembang pesat. Diharapkan bahwa langkah-langkah ini akan memberikan dampak yang signifikan dalam menjaga ketahanan pangan dan menciptakan inovasi di masa depan.