Ilustrasi; log Viva
Oleh: Satria hadi lubis
Seorang muslim dianjurkan untuk menyebarkan salam sesuai hadits :
“Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim, no.54).
Namun seringkali ucapan salam (assalamualaikum warohmatullahi wa barakatuh) diucapkan hanya sekedar basa basi, tanpa makna dan niat yang tulus. Sekedar menjadi budaya saja, sampai-sampai orang non muslim pun ada yang terbiasa mengucapkan salam di dalam pertemuan-pertemuan umum.
Sesungguhnya kalimat salam “assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh” (semoga keselamatan diberikan atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan) mengandung makna yang dalam, antara lain :
1. Bahwa seorang muslim yang mengucapkannya mendeklarasikan dirinya sebagai pembawa keselamatan dan rahmat Allah. Sekaligus menjadi orang yang membawa keberkahan. Ia mendoakan agar orang yang diberikan salamnya juga menjadi orang yang selamat, serta mendapatkan rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Doanya tersebut menunjukkan bahwa ia peduli kepada orang lain dan tidak egosentris. Siap bersama-sama dengan orang yang diberikan salamnya untuk saling peduli dan berkasih sayang. Yang menjawab salamnya juga menunjukkan hal yang serupa dengan yang memberikan salam.
2. Kalimat salam tersebut juga menunjukkan bahwa Islam adalah ajaran yang penuh keselamatan, rahmat dan berkah Allah, sehingga ia menjadi kalimat dakwah yang merupakan esensi dari ajaran Islam itu sendiri. Tak mungkin orang yang memberikan salam akan mengajarkan Islam yang radikal, apalagi mengajarkan terorisme. Islam adalah agama kasih sayang yang membenci kekerasan dan tindakan sewenang-wenang.
3. Dengan diawalinya sebuah perjumpaan (pertemuan) dengan salam, maka itu berarti kita akan menjalankan pertemuan tersebut dalam kebaikan dan kasih sayang.
Namun realitanya ada perjumpaan (pertemuan) yang dimulai dengan salam, tapi jalannya pertemuan tersebut banyak berisi pembicaraan fitnah, ghibah dan mem-bully orang lain, sehingga mengotorkan hati, bukan malah menjernihkan hati dan pikiran.
Jadi, mulai sekarang marilah kita mengucapkan salam dengan memahami arti dan hikmahnya, sehingga salam kita dan balasannya tidak hanya sekedar formalitas dan basa basi semata.
Camkanlah firman Allah berikut ini :
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu” (Q.S. An-Nisa’ ayat 86).