Jakarta, 28 Agustus 2021 – Letak geografis Indonesia yang berada pada area “ring of fire”, membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan akan bencana alam. Sebagian besar bencana alam yang terjadi termasuk dalam kategori bencana yang bisa diprediksi dan diantisipasi. Data AHA Center (2020) menunjukkan bahwa dalam delapan tahun terakhir 90% bencana masuk dalam kategori hidrometeorologi yang bisa diprediksi, seperti banjir, tanah longsor, dan badai. Pentingnya peran pemuda dalam upaya antisipasi bencana perlu terus didorong dan digaungkan. Oleh karena itu, LSPR mengadakan webinar series LSPR Peduli dengan judul “Membangun Pemahaman Manajemen dan Mitigasi Bencana di Kalangan Pemuda”. Tujuan acara ini adalah mengedukasi pemahaman mitigasi bencana di kalangan pemuda.
LSPR PEDULI merupakan Proyek Kemanusiaan Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR. Program ini adalah rangkaian upaya yang dilakukan secara sistematis untuk menganalisis risiko-risiko dampak bencana ataupun krisis terhadap kehidupan dan penghidupan manusia. Setelah berbagai upaya penanggulangan bencana dan aksi bakti sosial yang diadakan oleh generasi muda memiliki dampak yang baik dan nyata.. Sistem program Proyek Kemanusiaan perlu selalu dilakukan secara fokus dan inklusif dalam pembangunan berkelanjutan agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
Dr. Puji Lestari, Peneliti Komunikasi Bencana dan Dosen UPN Veteran Yogyakarta, menyampaikan pemaparan pada sesi pertama dengan memberikan pengantar untuk materi yang beliau bawakan tentang “Manajemen dan Mitigasi Bencana di Kalangan Pemuda”. Beliau menjelaskan, “Komunikasi bencana berawal dari konsep komunikasi, bagaimana proses penyampaian informasi, ada ide, gagasan, pesan ke pihak lain agar ada kesamaan makna.” Dengan demikian apabila ketika proses komunikasi sudah berjalan namun timbul keributan maka belum ada kesamaan makna yang disebabkan salah satunya oleh perbedaan persepsi.
Beliau melanjutkan, “Manajemen bencana membicarakan aspek perencanaan dan penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.” Pada bagian perencanaan ini harus benar-benar diperhatikan. Menurut beliau masih ada daerah-daerah yang rawan bencana di Indonesia yang belum memperhatikan dan memiliki aspek perencanaan terhadap bencana. Pada model manajemen bencana yang Dr. Puji sampaikan, mitigasi bencana ada pada area model bagian sebelum bencana. Mitigasi harus tetap dilakukan walaupun kondisi daerah bencana sudah pulih.
Selanjutnya pemaparan yang kedua disampaikan oleh Hari Akbar Apriawan, Direktur Eksekutif Indonesia Resilience. Pada sesi pemaparan kedua ini beliau menjelaskan tentang “Pemuda dan Resiliensi Bencana: Tinjauan Empirik”. Bapak Hari mengatakan, “Bencana adalah bagian holistic dari manusia yang tidak bisa terpisahkan dan sangat melekat dengan manusia.” Manusia akan selalu terdampak oleh bencana terlebih untuk masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan letak Indonesia yang berada di lempeng besar dunia dan tepat berada di bagian cincin gunung api yang memiliki aktifitas vulkanologi tinggi. Hari menambahkan “Manusia perlu memiliki pemahaman kultural, melihat potensi bencana, seperti perubahan perilaku hewan, perubahan fisik alam. Dalam hal ini, keistimewaan pemuda, mereka memiliki jejaring yang luas, memiliki pemahaman yang cenderung masih ideal, memiliki partisipasi, kreatifitas, keaktifan dan kepedulian.”
Pada akhir webinar narasumber berpesan kepada para audiens yang merupakan generasi penerus bangsa untuk menjadi manusia yang tangguh dan tanggap terhadap bencana, mulai untuk memiliki kepedulian, berempati dan bersimpati melalui komunikasi sehingga memberikan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi dan mengatasi bencana, dan mempersiapkan kapasitas diri dan masyarakat dengan melakukan aktifitas-aktifitas yang dapat membangun ketangguhan dan kemampuan untuk bertahan dalam keadaan yang sulit dan dilakukan secara transparan, gotong-royong, dan kolaboratif.