KPAI Sayangkan Anak-anak tidak Dapatkan Informasi yang Layak tentang Wabah Corona - saluransatu.com

KPAI Sayangkan Anak-anak tidak Dapatkan Informasi yang Layak tentang Wabah Corona

Fenomena orang dewasa yang menolak diperiksa, dipublikasi hasil tes atau menjauhi aturan protokol kesehatan selama masa pandemi menyebabkan anak-anak kita mendapatkan informasi yang tidak layak soal bahaya virus corona. Apalagi dalam waktu dekat anak-anak dijadwalkan akan memulai sekolah tatap muka.
Edukasi berfikir positif tentang kesehatan dan menjaga kesehatan semakin jauh dari jangkauan anak-anak. Dampaknya bisa mengajarkan ketakutan berlebih atau sikap acuh tak acuh akan bahaya wabah Corona.
Bila orang dewasa di sekitar anak berperilaku menyimpang, maka anak-anak Indonesia terancam semakin tidak terlindungi. Tentunya angka 16 ribuan korban meninggal akibat covid, korbannya juga anak-anak. Anak-anak terancam banyak yang jadi yatim piatu.
Selain itu informasi yang tidak layak anak bisa jadi ajang setor nyawa anak di tengah wabah Covid. Seperti menjadi sebuah kontradiksi karena di awal kemunculan Covid ada pernyataan bahwa anak-anak tidak mudah tertular.
Saya berharap sikap yang tidak baik dari publik figur kita, orang tua, masyarakat kita tidak semakin menjauhkan anak-anak dari kesehatan di tengah bencana pandemi ini. Karena korban meninggal anak-anak juga tidak sedikit.
Di dalam pasal 17 Konvensi Hak Anak dinyatakan informasi yang tidak layak diterima anak akan merusak kesejahteraan sosialnya. Begitupun dalam Undang-undang Perlindungan Anak pasal 44 yang memuat kewajiban peran serta pemerintah, Pemerintah Daerah dan peran serta masyarakat dalam memberikan derajat kesehatan yang optimal untuk anak-anak.
Jangan sampai sekolah Januari nanti juga menjadi ajang setor nyawa dengan penambahan kasus kluster keluarga. Seyogianya kita belajar dari negara-negara lain yang sempat membuka sekolah, akan tetapi ternyata menambah kasus baru virus covid kluster keluarga, hingga akhirnya kebijakan membuka sekolah kembali ditunda.
PR orangtua dan sekolah saat ini adalah mengurangi kejenuhan anak di tengah situasi semacam ini. Kasus bunuh diri tiga anak sudah cukup menjadi bukti bahwa negara ini sedang tidak baik-baik saja dan anak selama ini sekali lagi telah banyak terpapar informasi yang tidak layak.
Orang tua dan sekolah harusnya dapat menciptakan suasana riang gembira di rumah misalnya dengan membebaskan anak lebih banyak menyalurkan hobinya di samping giat belajar.
Sangat tidak adil jika di situasi ini ada anak yang tidak naik kelas. Tetap harus ada kebijakan sekolah dan upaya orangtua di rumah mengoptimalkan waktu belajar anak.
Faktor besar yang dihadapi anak lainnya adalah emosinya yang belum matang dalam menghadapi suatu masalah. Jika lingkungan hidupnya semakin tidak mendukung, maka tumbuh kembang anak selama pandemi tidak akan berjalan dengan baik.
Orangtua, sekolah dan lingkungan masyarakat harus berkerjasama menciptakan lingkungan kondusif di masa pandemi agar anak-anak generasi penerus bangsa tidak terpapar informasi tidak layak dan dapat bertumbuh kembang dengan layak pula.
Semoga ini bisa menjadi upaya kita bersama, dalam rangka mengoptimalkan derajat kesehatan anak dan tidak merusak kesejahteraan sosialnya.
Salam Prihatin Anak Indonesia
Jasra Putra
Kadivwasmonev KPAI
Komisioner KPAI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *