Palestina, sampai saat ini masih menyisakan banyak kisah pilu di tengah kecamuk perang. Di antara kisah-kisah optimisme dari para penduduknya, berapa banyak kisah yang pernah kita dengar soal nasib warga sipil di sana? Terutama nasib tahanan anak-anak dan perempuan Palestina?
Aktivis Palestina Ustazah Nurjanah Hulwani, dalam talkshow virtual “Mengungkap Realita Kepedihan Bangsa Palestina” pada Ahad (22/11/2020), menceritakan bagaimana anak-anak dan perempuan Palestina mengalami kepedihan hari demi hari untuk mempertahankan tanah airnya, tak terkecuali saat mereka menjadi tahanan.
Dalam setahun, kata Nurjanah ada kurang lebih 500 anak-anak dan perempuan Palestina yang ditahan zionis Israel. Tak hanya ditahan, tapi mereka juga mengalami pemukulan dan penyiksaan sejak pertama kali ditangkap.
Ustazah Nurjanah yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Adara Relief International periode 2014-2020
menyebutkan setidaknya ada 6 kepedihan yang dialami para tahanan Palestina.
“Anak-anak dan perempuan Palestina mengalami pemukulan sejak ditangkap. Mereka dimasukkan ke dalam mobil khusus untuk menyiksa yang disebut busthoh. Sepanjang perjalanan menuju tempat tahanan, mereka disiksa. Para penjajah tidak membedakan apakah mereka itu anak-anak maupun perempuan, dan yang lebih parah, 75 persen tahanan anak-anak juga mendapat pelecehan seksual oleh tentara Israel,” jelas Nurjanah yang sudah mengunjungi Gaza sebanyak 3 kali itu.
Setiap tahanan akan menjalani proses prasidang selama 22 – 30 hari. Selama masa itu, mereka diisolasi di suatu tempat dengan kondisi memprihatinkan yang membuat siapa pun akan geram membayangkannya.
“Jangankan pakaian dan selimut pada musim dingin, anak-anak ini bahkan ditelanjangi dan ditakut-takuti dengan anjing militer. Selama diisolasi, mereka tidur di atas selimut basah yang diletakkan di kamar mandi,” tambah Nurjanah.
Hanya di Palestina, anak-anak tidak diperhatikan hak-haknya. Mereka ditangkap pada saat terlelap dalam tidur.
“Dan hanya di Palestina, anak-anak disidang dalam sebuah persidangan,” ujar Nurjanah.
Menurut Ketua Koalisi Perempuan Indonesia untuk Alquds dan Palestina tersebut, keberanian para remaja Palestina adalah buah dari ajaran para orang tuanya.
“Saya melihat mereka mendapat transfer keberanian dari orang tua mereka. Mereka mengganggap penderitaan apapun yang dihadapi dalam membela Al Aqsha ini tak ada apa-apanya dibandingkan siksa di akhirat jika tidak membela Al Aqsha,” ungkapnya.
Pada tahun 2019, Nurjanah menyaksikan sendiri dalam Great Return March atau Aksi Kepulangan Akbar, begitu antusiasnya para pemuda dan pemudi Palestina untuk mengikuti kegiatan itu.
“Nyaris tidak ditemukan rasa takut pada mereka. Ditambah lagi, mereka melihat langsung buah orang yang mati syahid. Begitu indah melihat orang mati syahid tersenyum. Mereka melihat kebiadaban zionis Israel dalam blokade selama 14 tahun itu, dan inilah yang menumbuhkan keberanian. Mereka punya keberanian yang luar biasa!” kata Nurjanah.
Nurjanah mengaku, dengan pengalaman dan kepeduliannya terhadap Palestina selama ini membuatnya belum tentu bisa seperti para pemuda Palestina.
“Bisa jadi nyali saya kesalip, saya yang sudah berjibaku dengan urusan Palestina saja betapa kagetnya menyaksikan mereka menghadiri Aksi Kepulangan Akbar dengan sukacita. Jangankan yang sempurna fisiknya, yang cacat saja mau menghadiri acara itu. Padahal, jarak antara pemuda dan tentara Israel itu sangat dekat, bisa 50 meter,” tandasnya.
Adara Relief International menghadirkan Talkshow Series tentang Palestina dalam rangka mengedukasi masyarakat Indonesia tentang kondisi Palestina. Dalam kesempatan itu, Adara juga meluncurkan kampanye 20k Challenge, yaitu gerakan donasi Rp20 ribu yang dilakukan oleh 100 ribu orang untuk berpartisipasi dalam menyediakan kebutuhan masyarakat Palestina dalam menghadapi musim dingin. Selain Nurjanah Hulwani, talkshow juga menghadirkan muballighoh yang juga Ketua Ibu Indonesia Peduli Palestina Ustazah Nani Handayani. (Source: Chanelmuslim.com)