Rencana Pembangunan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLSTa) Di kota Bekasi dinilai sangat lamban dan cenderung tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Proses Pembangunan PLTSa tersebut pun menjadi perhatian banyak pihak dikarenakan mengalami kegagalan dalam masa uji cobanya.
Banyak hal yang perlu ditinjau dan diperhatikan oleh Pemkot Bekasi. Ada beberapa Aspek : 1. Aspek Hukum, 2. Aspek kelembagaan, 3 aspek Pendanaan, 4 aspek Sosbud dan 5. Aspek Teknologi.
Ketua Koalisi Kawal Lingkungan Indonesia (Kawali) Jawa Barat, Edvin Gunawan mengatakan, aspek Kelembagaan, Sistem Perencanaan, Pengaturan dan Pengawasan dapat memudahkan proses pembangunan yang baik.
Aspek Hukum, Membantu alas dasar peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku agar system dan Pembangunan yang dibuat tidak tumpang tindih secara dasar Hukum yang berlaku.
Aspek Teknologi, Hal ini menjadi Tolak ukur berhasil tidak nya proses rencana pembangunan PLTSa ini (teknologi yang sesuai).
Aspek Ekonomi, Menjadi Investor / Pengembang untuk pembangunan ini harus dengan syarat yang memiliki kekuatan keuangan yang sehat dan telah bersertifikat oleh akuntan publik dan perlu di perhatikan juga pendanaan internal pemkot bekasi/APBD.
Aspek Sosial dan Budaya, Hal ini juga harus memperhatikan karakter masyarakat dan lingkungannya, agar nantinya mendapat dukungan dalam Proses pembangunannya
“Belajar dari negara manapun kita harus mulai dengan Kajian 5 Aspek.
Kalau kita lihat perbedaan Kota Bekasi dan China, APBN dan APBD di China sudah bagus untuk isu persampahan dan sudah menjadi prioritas. Kalau di Bekasi apakah APBD sudah menjadi prioritas untuk pengolahan persampahan juga? Setahu kami di kota Bekasi belum menjadi prioritas,” ujar Edvin.
Dari segi jenis sampah di Cina memang mirip dengan sampah di Indonesia, banyak sampah basah dengan kalori rendah, tapi di China sudah mulai pakai duluan Waste Incineration Plant dengan pre treatment yang cocok beda dengan di Indonesia.
“Jadi pendapat kami untuk rencana pembagunan PLTSa di Kota Bekasi harus didasari dengan 5 Aspek terlebih dahulu. Tanpa 5 aspek akan mengalami gagal seperti teknologi yang sudah pernah diterapkan di TPA Sumur Batu,” tambahnya.
Menyikapi kunjungan Wali Kota Bekasi ke China untuk studi banding Teknologi, Kawali berharap bukan karena kejar tayang menyikapi arahan presiden untuk menyegerakan pembangunan PLSTa.
“jadi tetap harus ada tahapannya dan prosedurnya, kalau kami anologikan hamilnya harus 9 bulan dulu, baru melahirkan, kalau tidak ya akan keguguran lagi programnya seperti yang sudah pernah diterapkan di Sumur Batu.” jelasnya.
Kawali menyarankan tahap awal buat team Penasihat teknis persiapan tender terbuka, mirip seperti program PLSTa di Tangerang yang sedang berjalan saat ini.
“Sekarang di Tangerang prosesnya sudah berjalan dan sudah terpilih 4 Consorsium yang lolos Pra Qualifikasi, tanpa ada titipan-titipan dalam pra Qualifikasi.
Dari 22 Konstestan kesaring menjadi 9, trus dari 9 konstestan terpilih menjadi 4 kontestan, nanti dari 4 kontestan terpilih/calon akan kepilih menjadi 1 Consortium untuk mengerjakan Proyeknya,” tukasnya. (*)