Terdapat korelasi yang erat antara kualitas pendidikan dan peserta didik, dengan kualitas guru sebagai pendidik. Transformasi kapasitas idealnya tidak hanya terjadi di kalangan peserta didik.
Dinamika pendidikan abad 21 juga menuntut transformasi serupa diwujudkan pada diri setiap pendidik. Untuk mendukung terwujudnya cita-cita tersebut, NICE Indonesia berkolaborasi dengan NAMA Foundation dan Wafaa Foundation, melalui NAMA Global Initiative Program 2019 menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas guru dan pengelola sekolah.
Program pelatihan dikenal dengan Roadmap of Outstanding Educators (ROOTs) ini, diadakan selama empat hari, yakni pada tanggal 5-8 September 2019, berlokasi di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta.
ROOTs merupakan program yang mengedepankan upaya transformasi paradigma di kalangan pendidik, yakni dari pendidikan yang berfokus pada penyampaian materi ajar (content centric) menuju pendidikan yang berfokus pada peserta didik (learner centric).
Transformasi ini penting dilakukan karena banyak guru yang lebih mengutamakan penyelesaian target materi namun cenderung mengabaikan kualitas pemahaman peserta didiknya.
“Kalau learner centric berfokus pada bagaimana pada akhirnya setiap anak mampu mencapai hasil belajar yang kita canangkan,” ungkap Nur Ihsan Robbiyanto, salah satu Associate Consultant untuk program ROOTs Edu.
Pelatihan ini diikuti oleh 74 orang perwakilan dari 24 sekolah di wilayah Jabodetabek. Para peserta berasal dari sekolah-sekolah yang telah diseleksi oleh NICE Indonesia dan NAMA Foundation di Malaysia. Dalam pelaksanaanya, peserta dibagi dalam tiga kelas yang masing-masing dibimbing oleh 4 pelatih tersertifikasi (ROOTs’ Associate Consultants). Pelatihan ini memperkenalkan konsep FIRST Edu Framework, yang terdiri dari lima domain kunci. Kelima domain kunci tersebut adalah Focusing, Interacting, Reviewing, Sequencing, dan Transforming.
FIRST Edu Framework menekankan pada upaya menghadirkan pengalaman Active Deep Learner Experience (ADLX), yang menargetkan perubahan pada peserta didik dalam aspek sikap (attitude), keterampilan (skill), pengetahuan dan pemahaman (knowledge).
Materi seputar lima domain kunci ini disampaikan dalam iklim yang menyenangkan.
Suasana kelas dihidupkan antara lain melalui opening dan educational games, diskusi kelompok, presentasi, sharing session, refleksi proses belajar, simulasi perancangan program pendidikan, dan lain sebagainya. Seluruh peserta didorong untuk aktif terlibat dalam tiap kegiatan yang dilaksanakan.
Pengenalan FIRST Edu Framework diharapkan dapat mentransformasi guru berpendekatan tradisional menuju guru yang bersifat transformasional. Sifat transformasional yang dimaksud merujuk pada kapasitas guru sebagai agen perubah dalam pendidikan yang memiliki pola piker terbuka dan maju.
Seluruh peserta pelatihan sangat antusias mengikuti kegiatan. Hayati Nufus, perwakilan dari Darul Quran Mulia menilai, “ROOTs Edu sangat seru. Pelatihan ini mendongkrak sempitnya pemikiran saya terhadap siswa. Materinya disampaikan dengan santai, walau awalnya saya sedikit tegang.”
Senada dengan Hayati, Kosaman, dari SMP Islam Al Syukuri mengungkapkan bahwa dirinya semakin tergugah untuk menerapkan pengetahuan barunya dalam sistem. “Ilmunya interaktif dan bisa diterapkan di sekolah. Banyak pengetahuan baru terkait energizer untuk menumbuhkan motivasi anak dalam belajar.” ***