Stunting masih menjadi momok di Bondowoso, sampai saat ini Kabupaten tersebut masih menempati
peringkat ketiga stunting di Jawa Timur. Tim dosen dan mahasiswa Universitas Jember (Unej) berinisiatif untuk mendirikan Sekolah Bunda untuk mengedukasi warga mengolah pangan lokal guna mengatasi stunting.
Menurut Dini Kurniawati, tim dari dosen Unej mengatakan bahwa hasil FGD dengan masyarakat desa Bandilan, ditemukan bahwa ibu-ibu lebih sering membelikan anaknya jajanan ciki-cikian yang mengandung bahan penyedap dan pengawet. Daripada membuatkan makanan camilan dari bahan baku lokal. ”Kebiasaan ibu-ibu desa Bandilan melakukan hal itu dikarenakan anak-anak mereka lebih menyukai makanan tersebut daripada makanan yang dibuat di rumah.” Ungkap dosen Fakultas Keperawatan Unej tersebut.
Lebih lanjut Dini mengingatkan bahwa seorang ibu adalah penanggung jawab atas gizi keluarga dalam rumah tangga. “Seharusnya ibu bisa menyiapkan makanan yang bernilai gizi tinggi, walaupun hanya menggunakan bahan pangan lokal seperti singkong, pisang, ubi, kelapa, buah-buahan dan sayur mayur yang tumbuh di sekitar rumah mereka. Seorang ibu yang tidak memiliki pengetahuan tentang makanan dan gizi dalam makanan, tentunya tidak akan bisa menyiapkan makanan yang terbaik untuk anggota keluarga.” Ujarnya lebih lanjut.
“Siaya bersama bu Dian Purbasari dari FTP kebagian untuk mengedukasi warga tentang gizi dalam keluarga, terutama kami mengajari tentang cara membuat makanan pendamping/MP ASI. Ini kami ajari untuk menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan dari sekitar mereka, bahkan bisa diambil dari menu keluarga yang sudah siap” ujarnya sambil menunjukkan menu-menu yang sudah disiapkan untuk percobaan bagi ibu-ibu.
Sementara Dian Purbasari yang merupakan ahli dalam pengolahan makanan, nampak cekatan mengajari ibu-ibu cara membuat MP ASI. Sambil menjelaskan bahwa makanan yang baik untuk balita harus mengandung minimal 4 bintang. Yakni mengandung karbohidrat, lemak, protein nabati dan protein hewani.
Karbohidrat bisa didapatkan dari singkong, ubi, talas, labu, jagung, kentang dan nasi. Sedangkan lemak dari kaldu ayam, kaldu daging dan minyak goreng. Sementara untuk kebutuhan protein nabati menggunakan daun kelor, daun katu, wortel, buncis, bayam dan tomat. Untuk kebutuhan protein hewani menggunakan telur, ikan, ayam dan daging.
“sebenarnya ibu-ibu itu sudah paham dan bahkan mudah sekali membuatnya, terbukti saat lomba mereka cepat sekali membuat kreasi menu MP ASI. Sehingga yang menjadi PR adalah mengubah mindsite ibu-ibu dari menggunakan makanan instan menjadi menggunakan makanan bergizi dengan bahan baku lokal” ujarnya sambil tersenyum.