Moderat dan Mencerdaskan Masyarakat
Indeks
News  

Giga Indonesia: Maraknya LGBT Akibat Pembiaran dan tak Adanya Larangan

SALURANSATU.COM – Inisiator, Pendiri sekaligus Ketua Penggiat Keluarga (GIGA) Indonesia Prof.Dr.Ir Euis Sunarti menyatakan fenomena maraknya komunitas LGBT yang semakin terang terangan di beberapa daerah di Indonesia sebagai sebuah konsekuensi dari pembiaran dan kekosongam hukum yang membuat mereka semakin berani menunjukkan eksistensinya.
“Mereka berani terang-terangan adalah sebagai konsekuensi dari peningkatan, intensitas, jumlah akibat dari pembiaran ataupun penundaan atas kekosongan hukum yang membuat mereka tidak perlu lagi takut karena tidak melihat adanya larangan,” ujarnya kepada saluransatu.com lewat selulernya, Sabtu (13/10/2018)
Prof Euis menjelaskan memang di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tidak ada larangan, yang ada larangan adalah perbuatan cabul sesama jenis kepada anak, jadi kalau dilakukan bukan sama anak, suka sama itu tidak ada larangannya, itulah sebabnya kami melakukan judicial review kepada Mahkamah Konstitusi (MK).
“Ketika Judicial review ditolak oleh MK karena tidak berwenang dan DPR belum juga mengambil keputusan maka mereka menjadi merasa oke. Tidak adanya larangan itu yang membuat mereka merasa OK saja,” jelasnya.
Itulah sebabnya kenapa saat ada pesta seks, gay di beberapa lokasi yang awalnya ditangkap dibawa ke Polisi besoknya lepas lagi karena tidak adanya larangan tadi, tidak ada pasal yang bisa menjerat mereka dan itu merupakan sesuatu hal yang bisa diduga dan diprediksi.
“Makanya statement saya waktu di Indonesia Lawyer Club (ILC) kita harus lakukan langkah cepat apapun selama peluang itu bisa kita ambil karena penundaan dan bertambahnya waktu itu artinya penambahan karena ada penularan perilaku dan juga ada aspek promosi, ada advokasi bahwa itu adalah bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) dan ini lebih berbahaya lagi karena sudah di advokasi,” terangnya.
“Sehingga sebetulnya ini yang tidak disadari oleh banyak pihak dan dukungan ini menjadi begitu terbatas,” tukas Dosen Institute Pertanian Bogor (IPB) Departement IKK FEMA yang sudah lama mengabdi sejak tahun 1988. (Aji)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *