Moderat dan Mencerdaskan Masyarakat
Indeks

Analisis LKSP Sebut Nur-Firdaus Ungguli Pepen-Tri

SALURANSATU.COM – Pemilihan Walikota Bekasi menunjukkan tanda pergeseran signifikan. Faktor media sosial mempengaruhi sikap pemilih secara umum, terutama di kalangan pemilih muda (22-30 tahun) dan pemilih pemula (17-21 tahun).
Hal itu diungkapkan Direktur Center for Indonesian Reform (CIR), Sapto Waluyo, yang menanggapi hasil analisis terhadap percakapan di media sosial dan pemberitaan di media online.
Lembaga Kajian Strategi dan Pembangunan (LKSP) melakukan analisis data media sosial dan media online terkait Pilkada Bekasi selama periode 9 – 16 April 2018. Dari proses crawling dan tracking data terlacak sedikitnya 1,21 juta netizen terlibat dalam percakapan dan interaksi tentang Pilkada Bekasi.
Ternyata pasangan Nur Supriyanto-Adhy Firdaus menjangkau (reach) sekitar 1,01 juta netizen (83,34 persen). Sementara pasangan Rahmat Effendi-Tri Adhianto hanya menjangkau 201.010 (16,65 persen) netizen.
Pasangan Nur-Firdaus yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Gerindra memang berpenampilan lebih adaptif dan aspiratif, sesuai dengan gaya generasi millennial. Dibandingkan dengan pasangan Pepen-Tri yang bergaya birokrat, meski didukung partai besar (Golkar, PAN, Demokrat, PPP, PKB dan Hanura, ditambah dukungan PDIP).
Contohnya saat acara Ngopi (Ngobrol Asyik Perkara Politik) bersama kaum muda lintas kelompok di Kafe Kedubes Bekasi, kawasan Fit n Food Jatikramat, 13 April 2018, Nur Supriyanto tampil stylish merespon semua pertanyaan dan kegalauan kaum muda Bekasi.
“Program yang ditawarkan Nur-Firdaus sangat relevan dengan kebutuhan kaum muda, karena akan membangun coworking space sebagai pusat pengembangan kreativitas dan inovasi. Program Planet Kreatif Bekasi merupakan jawaban tepat untuk mengurangi angka pengangguran di Kota Bekasi yang tercatat 110.000 orang,” jelas Sapto dalam keterangan persnya yang diterima posbekasi.com, Rabu 18 April 2018.
Selain pendirian pusat kreativitas, Nur Supriyanto juga meluncurkan Kartu Pasti Kerja (KPK), yakni pendataan potensi tenaga kerja dan penyaluran kepada peluang kerja yang tersedia.
“Saya sudah kontak sedikitnya 50 perusahaan yang siap bekerjasama untuk mendukung program KPK. Selain itu, kita berkolaborasi dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno untuk mengembangkan OK OCE di kota Bekasi,” ungkap Nur yang pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat.
Analisis data LKSP lebih menarik lagi, jika ditarik sejak awal April 2018, maka lebih banyak netizen (17,32 juta) yang berinteraksi tentang Pilkada Bekasi. Dari total netizen yang aktif itu, lagi-lagi pasangan Nur-Firdaus menjangkau suara mayoritas (12,26 juta atau 70,75 persen), sedangkan Pepen-Tri hanya menjangkau 5,07 juta atau 29,25 persen saja. Perkembangan teknologi informasi jelas mempengaruhi gaya hidup dan persepsi pemilih di Bekasi yang kini menjadi metropolitan baru.
Untuk memastikan kesejahteraan warga Kota Bekasi, Calon Walikota Nur Supriyanto memperkenalkan Kartu Bekasi Maju (KBM), yakni integrasi program kesejahteraan sosial.
“Dengan KBM, maka warga Kota Bekasi terlayani jaminan kesehatan, jaminan sosial untuk warga miskin, dan jaminan pendidikan untuk anak-anaknya (12 tahun wajib belajar). Selain itu, jaminan keterampilan belajar mandiri bagi mereka yang putus sekolah. KBM bisa digunakan di seluruh daerah yang menerapkan BPJS, bila warga Bekasi sedang pergi ke luar kota,” jelas Nur.
Dengan visi yang jelas, maka pasangan Nur-Firdaus bernomor urut 2 pantas unggul dalam persepsi pemilih millennial. [PB]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *