Moderat dan Mencerdaskan Masyarakat
Indeks

PKPU Bangun Sekolah di Desa Hla Ma Chae – Sittwe, Myanmar

LingkarBekasi – Sejak konflik sektarian antara komunitas Buddha dan Muslim terjadi pada tahun 2012 di Negara bagian Rakhine, Myanmar, sekolah itu tak berpenghuni dan tak terurus. Pemerintah lokal seakan lepas tangan dengan kondisi sekolah di wilayah itu.
Para siswanya terpaksa mengungsi mengikuti kedua orang tuanya. Guru-guru yang ditugaskan pemerintah untuk mengajar di sekolah tersebut tidak berani datang dikarenakan khawatir akan keselamatan diri mereka akibat luka konflik yang belum sembuh. Sekolah itu terletak di perkampungan muslim, sedangkan guru pemerintah mayoritas Buddha.
Konflik telah membawa sengsara kepada semua lapisan anak manusia. Desa Hla Ma Chae terletak hanya 10 menit dari kota Sittwe, ibukota Negara bagian Rakhine ditempuh dengan kendaraan.
“Menuju kesana kita harus melewati pos keamanan yang didirikan tentara dan komplek kemiliteran. Jalanan penuh debu dan bertanah memenuhi kendaraan yang kami tumpangi,” ujar Manajer Rehabilitasi pasca Bencana PKPU, Muhammad Kaimuddin.
Desa Hla Ma Chae dihuni oleh sekitar 261 kepala keluarga atau 1,397 orang. Sejak konflik terjadi di tahun 2012, sebagian penduduk desa ini mengungsi, bergabung bersama sekitar 140,000 orang yang berada di dalam kamp pengungsian Sittwe.
Semenjak pemerintah mulai mengizinkan mereka kembali ke desanya, kehidupan desa tersebut mulai berubah kembali.‎ Sekolah dasar Hla Ma Chae menampung 282 siswa kelas 1 sampai 5. Sistem pendidikan di Myanmar menerapkan pendidikan dasar hingga kelas 5. Semenjak konflik, sekolah ini dikelola oleh penduduk desa langsung. Namun karena ketiadaan dana dan dukungan, sekolah berjalan apa adanya.
Menurut Muhammad Kaimuddin yang sedang berada di lokasi saat ini (21/02), mengatakan, “kondisi sekolah yang tidak layak bukan hanya terjadi di desa ini, hampir di semua sekolah pemerintah di seluruh Negara bagian ini, selain bangunan tidak layak, juga kelebihan murid dan masih kurangnya sarana ruang belajar, sehingga program pembangunan sekolah yang dilakukan PKPU sangat diperlukan.”
Saat ini para murid sementara ditampung di sekolah darurat sampai pembangunan sekolah selesai selama 3 bulan mendatang.‎ (deni/kis/PKPU)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *