Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Berkembang Pesat di Barat - saluransatu.com

Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Berkembang Pesat di Barat

Peneliti muda ekonomi syariah Gunadarma, Muhamad Rizky Rizaldy mengatakan literasi ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya berkembang di negara mayoritas muslim, tapi juga di negara-negara barat.
Menurut dosen muda ini, pada masa perkembangannya sejak 1960an, keuangan syariah telah banyak bermunculan di berbagai negara dan terus berkembang.
“Lebih dari 75 negara mengadopsi prinsip ekonomi syariah dalam pengoperasian perbankannya, termasuk di antaranya negara-negara yang bukan mayoritas muslim semisal Inggris dan Jerman. Saat ini aset keuangan syariah global secara keseluruhan mencapai US$ 2,5 triliun, tumbuh dari sebelumnya sebesar US$ 2,4 triliun pada 2017”, terang lelaki yang biasa di sapa Aldy ini, Jumat (15/11/19).
Aldy melanjutkan, inggris pertama kali mencicipi produk keuangan Syariah pada tahun 1982 dengan berdirinya Al-Baraka International bank (AIB) yang menawarkan produk murabah, sayangnya umurnya tidak panjang karena Bank of England menarik lisensi operasinya disebabkan belum cukupnya payung hukum untuk prik keuangan syariah saat itu.
Pangsa pasar perbankan syariah terbesar secara global adalah Malaysia, Bahrain dan Arab Saudi. Atmosfer perkembangan ini mulai terasa pada tahun 2004, terangnya.
“Perkembangan ini ditandai dengan berdirinya The Islamic Bank of Britain, sekarang menjadi Al Rayan Bank- yang secara resmi pertama di Eropa, yang diikuti dengan prestasi gemilang perbankan syariah di regional tersebut. Adanya lebih dari 85.000 nasabah pada tahun ini adalah bukti nyata respon positif masyarakat terhadap Ekonomi Syariah,” jelas Ketua Majelis Pimpinan Pusat Korps Alumni FoSSEI ini.
Lebih lanjut Aldy mengatakan, jauh sebelumnya, beberapa universitas di Inggris sudah melakukan pengkajian ekonomi dan keuangan syariah, Durham University misalnya, sudah memiliki pusat studi ekonomi dan keuangan syariah sejak 25 tahun lalu. Keuangan syariah juga merupakan fokus studi Oxford Centre for Islamic Studies (OCIS) yang didirikan pada tahun 1985. Terdapat lebih dari 70 institut dan universitas Inggris yang menawarkan program kualifikasi dalam keuangan syariah.
“Keuangan Syariah juga memainkan peran penting dalam pembangunan infrastruktur di Inggris. Gedung tertinggi di Uni Eropa, The Shard, yang berlokasi di London dibangun pada tahun 2009 pun menggunakan skema perbiayaan syariah. Proyek lainnya adalah Battersea Power Station, London Gateway, Olympic Village and dan pengembangan Chelsea Barracks. Lebih dari 6.500 hunian di Inggris bagian tengah dan utara juga dibiayai oleh Gatehouse Bank yang merupakan bank Syariah, kata Aldy.
Lanjutny, hingga 2015, 57 sukuk terdaftar di London Stock Exchange dengan total nilai US$ 51 miliar. Pada tahun 2003, David Cameron, Perdana Menteri Inggris kala itu, juga mencanangkan agenda untuk menjadikan London sebagai “ibu kota” keuangan syariah global, kata Peneliti Muda Gunadarma ini.
Walaupun bukan berasal dari negara muslim, kata dia, Inggris merupakan negara termaju dalam penerapan Ekonomi Syariah. Tidak ada satupun sektor yang bisa menghindari krisis global, akan tetapi keuangan syariah menunjukkan ketahanan yang sangat luar biasa.
“Hal ini memicu ketertarikan negara barat lainnya terhadap konsep ekonomi Islam. Seperti Perancis, Jerman dan Italia yang ada akhirnya juga mengadopai sistem ini,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *