MPP KA-FoSSEI Sosialisasi Literasi Ekonomi Syariah di Polewali Mandar

SALURANSATU.COM – Majelis Pengurus Pusat (MPP) Korps Alumni FoSSEI, Mega Oktaviany, melakukan sosialisasi dalam rangka meningkatkan literasi ekonomi syariah di masyarakat, terutama di beberapa kampus di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Kegiatan sosialisasi ini dikemas dalam bentuk diskusi dan seminar, kerja sama antara MPP KA-FOSSEI dengan KSEI SEAMASEI IAI DDI Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sabtu (26/10/2019).
Seminar yang bertema “Peluang dan Tantangan Ekonomi Syariah dalam Menghadapi Revolusi Industri Menuju SDGs 2030”, menghadirkan pembicara Mega Oktaviany (MPP KA-FoSSEI), Rivai Makhduani (Wakil Rektor I IAI DDI Polewali Mandar), dan Hasanuddi (Dosen IAI DDI Polewali Mandar), dimoderatori Nurlia, dosen IAI DDI Polewali Mandar.
Menurut Wakil Rektor I, Rivai Makhduani, dalam keterangannya bahwa seminar nasional ini merupakan pertama kali dilaksanakan, upaya mengenalkan ekonomi syariah kepada masyarakat Polewali Mandar dan terutama Generasi Z. Menurutnya, sosialisasi dan gerakan literasi seperti ini menjadi strategi yang efektif dalam memberikan penyadaran agar masyarakat belajar dan memahami ekonomi syariah.
Sebagai wujud gerakan nyata, menurut dia, sehingga dengan itu IAI DDI Polewali Mandar akan membuka Magister Ekonomi Islam.
Selain itu, dalam Seminar yang dihadiri 250 peserta ini, Mega Oktaviany menerangkan dalam pemaparannya, bahwa KA-FoSSEI merupakan salah satu lembaga yang konsen dan konsisten mengembangkan ekonomi syariah, baik di masyarakat umum, lingkungan kampus, dan kalangan akademisi dan profesi.
Mega berharap, dengan gerakan yang dilakukannya tersebut, negara Indonesia dapat menjadi bangsa dengan tingkat kesadaran ekonomi syariah yang tinggi dan kuat di dunia, dan menjadi pusat kekuatan ekonomi dan keuangan syariah serta Global Value Chain Center di Dunia.
Di samping itu, dosen Ekonomi Syariah Universitas Gunadarma ini menjelaskan bahwa, dengan mengutip Global Islamic Finance 2019 terbaru, Indonesia mencatat skor 81,93 pada Islamic Finance Country Index (IFCI) 2019. Dengan skor tinggi tersebut, Indonesia berada di peringkat pertama dari 48 negara yang mengikuti Pasar Keuangan Syariah Global.
“Hasil GIFR 2019 ini makin mengukuhkan peran nyata Indonesia di industri perbankan keuangan syariah, mengungkapkan beberapa faktor yang mendorong melesatnya posisi Indonesia ke peringkat teratas. Di antaranya perkembangan regulasi yang diikuti oleh peningkatan ekosistem industri perbankan dan keuangan syariah, dukungan politik yang kuat dari pemerintah, dan juga potensi besar yang ditawarkan ekonomi syariah,” terangnya.
“Tentu ini merupakan suatu yang sangat membanggakan, mengingat tahun lalu Indonesia berada di peringkat keenam,” tambahnya. Lebih lanjut Ia mengatakan, populasi Muslim Indonesia menempati porsi 13% dari total penduduk Muslim global atau setara dengan 215 juta jiwa.
Potensi besar ini, kata Mega, sangat disadari oleh pemerintah, sehingga KA-FoSSEI mempercepat, memperluas, dan memajukan pengembangan keuangan syariah dalam rangka mendukung ekonomi nasional,” tambahnya.
Sejalan dengan itu, Dosen IAI DDI Polman Hasanuddin, mengatakan, bahwa BMT salah satu gerakan kecil untuk menghadapi revolusi 4.0.
Di samping itu, Ketua Regional Fossei Sulselbar dan Papua Manjalin ini, sangat mengapresiasi terselenggaranya kegiatan seminar tersebut.
Ia berharap apa yang dilakukan KSEI SEAMASEI IAI DDI Polewali Mandar ini sebagai langkah awal yang kelak dapat melahirkan generasi membawa spirit pergerakan dalam usaha membumikan ekonomi dan keuangan syariah di Polawali Mandar dan sekitarnya.
Kegiatan seminar ini ditutup dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Prodi Ekonomi Syariah dan MPP KA-FOSSEI. Kerjasama ini diharapkan bisa membawa prodi menjadi lebih baik dan berkemajuan. (dns)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *